Air mulai masuk ke pemukiman warga di Pulau Ambo, Selasa siang (7/12).
Mamuju, mandarnews.com – Cuaca ekstrem yang memicu gelombang air laut tinggi disertai angin kencang yang menerjang Kecamatan Kepulauan Balabalakang dalam tiga hari terakhir membuat 508 kepala keluarga (KK) yang mendiami 10 pulau di tengah perairan Selat Makassar itu terisolir.
Berdasarkan informasi warga yang dihimpun, pada Senin malam (6/12) sejak sore hingga malam air laut naik hingga ketinggian perut orang dewasa dan masuk hingga ke tengah Pulau Ambo, salah satu pulau padat dengan 127 KK.
Kepala desa Babalakang Timur Mahmud Idris mengatakan, warga Pulau Ambo sempat menangis ketakutan lantaran air laut dan angin kencang terus terjadi.
“Saya sempat menangis mengkhawatirkan kondisi warga karena dapat kiriman rekaman warga yang mulai menangis takut dengan kondisi yang ada,” kata Mahmud, Selasa malam (7/11).
Belum ada upaya evakuasi yang akan dilakukan, namun saat ini Pemerintah Kecamatan Kepulauan Balabalakang bersama pemerintah desa terus berupaya mengumpulkan bantuan logistik untuk membantu warga.
Terbaru, Camat Balabalakang menerima bantuan 75 karung beras dan sejumlah paket sembako dari Kementerian Sosial Balai Nipotewe Palu.
“Kita menunggu kalau ada bantuan dari Pemprov Sulbar, tadi sudah dijanjikan. Rencananya akan disalurkan sekaligus untuk mengingat akses kesana saat ini terbatas,” tutur Camat Balabalakang, Sunarjo.
Menurut Sunarjo, akses yang dibutuhkan untuk mencapai Kepulauan Balabalakang membutuhkan kapal yang lebih besar demi mengurangi risiko terdesak gelombang tinggi.
Sementara saat ini, kendala untuk mengangkut logistik menuju Kepulauan Balabalakng belum adanya kapal yang memadai lantaran berdasarkan pantauan gelombong tinggi mustahil bisa ditembus menggunakan kapal nelayan yang sering digunakan saat cuaca baik.
“Karena gelombang tinggi rencana kita akan menyewa kapal yang agak besar untuk membawa logistik, sedangkan saat ini belum ada kapal yang mau,” tutup Sunarjo.
Reporter: Sugiarto
Editor: Ilma Amelia