
Ia menjelaskan, pohon pinus sangat sensitif dengan api, apalagi banyak daun yang kering di bawah pohon sehingga mudah dilahap api. Karenanya, akan lebih baik bila setiap tempat duduk disediakan asbak rokok agar pengunjung tidak membuang puntung rokok di sembarang tempat.
Sedangkan salah seorang panitia, Arruan Bonga menjelaskan, ada 23 stand penjualan berupa kuliner, aksesoris, dan pakaian di wisata Kampung Natal yang terdiri dari masyarakat Tondokbakaru, lembaga kepemudaan, dan organisasi mahasiswa.
Di tempat ini, lanjutnya, telah ada tiga Mandi Cuci Kakus (MCK) dan dijangkau oleh air bersih, namun untuk sampai ke tiap stand direncanakan menggunakan selang air.
“Kami sebagai panitia di tempat ini melakukan sistem bagi hasil dengan Bumdes Tondokbakaru, yakni 5% untuk panitia, 1% ke air bersih, 1% ke penggunaan listrik. Pada hari pertama 1 Desember kemarin, dengan tiket masuk Rp 5.000/orang diperoleh sekitar Rp 1.700.000,” kata Arruan.
Soal jalan, Arruan berpendapat bahwa akses jalan memang cukup memengaruhi sebab jika musim hujan pengunjung berkurang karena jalannya licin atau becek. (Hapri Nelpan)
Editor: Ilma Amelia