
Salah satu pendemo, Agustinawati. melontarkan kritikan
Majene, mandarnews.com – Aksi damai pedagang kaki lima (PKL) bersama aliansi mahasiswa, awalnya berlangsung biasa saja. Tapi kemudian ricuh. Namun akhirnya lahir kesepakatan.
Aksi PKL itu berlangsung di halaman depan kantor Bupati Majene Provinsi Sulawesi Barat, Jumat (01/03/2019).
Awalnya aksi damai ini, berjalan normal, namun seiring teriakan para pendemo agar Bupati Majene, DR.Fahmi Massiara dihadirkan di hadapan mereka. Tapi Bupati tidak kunjung hadir. Menurut informasi, Bupati tidak berada di kantor.
Aksi ini berakhir pukul 17.15 Wita. Aksi berlangsung sekira dua, dikarenakan alotnya mencari kesepakatan.
Setelah berlangsung sejam lebih menunggu bupati, akhirnya yang datang Wakil Bupati Majene, Lukman yang kemudian hadir di tengah-tengah pendemo.
Teriakan pun sedikit reda, walau kembali gemuruh setelah diantara kerumunan pendemo terdengar teriakan “losongi tau puang” (Tuan berbohong)engkau saat Lukman memberi penjelasan.
Teriakan “Losongi tau puang” sontak memicu emosi dari kedua belah pihak. Mereka terpancing dan kemudian terjadi saling dorong antara massa aksi damai, dan petugas keamanan. Namun hanya beberapa menit ricuh pun berhasil dihentikan atas kerjasama para korlap aksi damai dan petugas keamanan dalam hal ini anggota Polres Majene dan Satpol PP kantor Daerah Majene. Dipastikan tidak ada korban, karena kedua kubu bisa didamaikan.
Aksi damai ini muncul sebagai dampak penertiban PKL yang dinilai melanggar, sepwrti menempati trotoar. Sebelum ditertibkan, tim yang dibentuk Pemoab Majene terlebih dahulu melakukan persuasif denganendatangk memberikan pemahaman serta melayangkan surat.
Seperti disampaikan salah satu warga, Agustinawati, yang mengaku mendapat surat dari Pemkab Majene berisi pemberitahuan akan adanya penertiban beberapa lapak penjual ikan di Pangali-ali.
Agustinawati mengaku, sudah turun temurun keluarganya menjual di Pangaliali dan mereka bisa menghidupi keluarganya atas hasil penjualan ikan di lapak mereka.
“Sejak nenek moyangku kami menjual di Pangaliali, kenapa baru mau digusur, padahal itu lapak tempat penjual ikan, dimana hasilnya untuk menafkahi keluarga kami,” kata Agustinawati.
Agustina menyayangkan jika penertiban yang akan dilakukan Pemkab terhadap penjual ikan. Menurutnya, seharusnya ada yang lebih baik ditertibkan seperti APK, yang berada di sepanjang jalan karena mengurangi keindahan kota.
“Kenapa meski menertibkan lapak kami kenapa bukan APK,” teriak Agustina.
Di aksi damai ini juga menuntut kepala Dishub, Mithhar Thala Ali untuk meminta maaf atas pernyataannya di salah satu media massa yang mengatakan bahwa pedagang kaki lima itu jorok. Tuntutan permintaan maaf juga dilancarkan karena diduga, Mithhar menarik Abdul Rahman Wahab, jendral lapangan pendemo.
Setelah beberapa menit teriakan aliansi mahasiswa, yang di koordinir, Abdul Rahman Wahab, Kadishub pun muncul dan meminta maaf atas ucapannya.
“Bahwa pun jika ada kata jorok yang saya sampaikan ke salah satu media bahwa itu kata saya tidak sadari, dan saya minta maaf jika itu betul, kemudian tadi ada pernyataan mencekik si Rahman, itu tidak betul,” kata Mithhar yang disambur teriakan massa “bukan mencekik tapi menarik”.
“Saya menarik pak Wakil Bupati, justru saya dilempar (kena lemparan, red),” jelas Mithhar, yang kembali disoraki, “huuu”.
Jenderal Lapangan aksi, Abdul Rahman Wahab yang dikonfirmasi seusai aksi sore tadi, mengaku akan menurunkan massa lebih banyak lagi jika tuntutan mereka tidak ditepati.
“Kami akan melakukan aksi lagi dan kami pastikan massa akan lebih banyak lagi,” kata Rahman.
Sementara solusi yang disepakati, kedua belah pihak akan kembali bertemu dan akan dihadiri Bupati Majene, Fahmi Massiara.
Kesepakatan kedua, Wakil Bupati Majene, Lukman, akan terjun langsung mendatangi korban serta warga yang terancam lapaknya di tertibkan, untuk kemudian di carikan solusi. (haslan)