
Sukri Umar, anggota DPRD Sulawesi Barat Fraksi Demokrat usai jadi pembicara pada Dialog Cerita Demokrasi, Senin malam (05/10).
Mamuju,mandarnews.com – Perhelatan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Mamuju tahun 2020 yang diikuti dua pasangan calon (paslon), yaitu Sitti Sutinah Suhardi-Ado Mas’ud nomor urut 1 dan pasangan petahana, Habsi Wahid-Irwan Pababari pada nomor urut 2, kini memasuki tahapan kampanye.
Sementara itu, tren negatif di timeline media sosial terus meningkat. Hingga kini, sejumlah akun media sosial terus menyebar sejumlah isu yang menyerang pribadi kandidat.
Hal ini membuat anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulawesi Barat (Sulbar) dari Fraksi Demokrat, Sukri Umar menyayangkan sejumlah isu hoaks yang dialamatkan pada pribadi kandidat.
Menurut eks aktivis mahasiswa itu, isu hoaks yang terus dipelihara akan memancing publik untuk ikut memproduksi konten serupa sebagai antitesa dari serangkaian isu hoaks yang menyerang individu, bukan pada adu program.
“Serangan secara membabibuta oleh akun palsu (Andarang Punjabi) seperti ini akan berbahaya dan akan melahirkan akun-akun yang lain sebagai antitesa untuk melawannya. Saya kira ini harus segera dihentikan,” tutur Sukri saat menjadi pembicara dalam Dialog Cerita Demokrasi, Senin (5/10) malam.
Sukri juga menyampaikan jika tren isu hoaks yang terjadi cenderung merugikan kandidatnya sebagai penantang.
“Perlu diketahui jika kami sebagai pihak penantang yang banyak diserang secara membabibuta, termasuk pribadi kandidat. Kalau dicermati, pihak petahana cenderung tidak disentuh. Ini perlu dipertegas, penyerang itu dari kubu mana, sehingga harusnya juga petahana mengambil sikap pada kasus ini, biar jelas kita sama-sama tidak menginginkan kampanye negatif seperti ini,” ungkap Sukri.
Terhadap serangkaian isu termasuk serangan isu ijazah palsu yang dialamatkan pada salah satu kandidat, Sukri mengatakan jika serangan Itu mengada-ada dan membabibuta.
“Jelas kalau Ado Mas’ud itu seperjuangan dengan saya dan kami sering jadi jendral parlemen jalan. Dari mana dikatakan kalau itu ijazah palsu, semua jejak digital merekam dia sebagai aktivis mahasiswa kok. Serangan ini jelas membabi buta,” ujar Sukri.
Sementara Hatta Kainang yang turut jadi pembicara dalam dialog ringan itu juga berpendapat, tren kampanye negatif yang saat ini terjadi merusak demokrasi, bahkan sejumlah akun media sosial juga sempat menyerang dirinya.
Kepada generasi milenial, Hatta Kainang yang juga eks aktivis mahasiswa mengajak generasi muda untuk tidak terlibat dalam politik praktis, namun harus membangun nilai-nilai.
“Kalau kita cermati, politik praktis itu pahit sehingga generasi milenial perlu melek memilih cerdas. Kasihan juga kita melihat kalau generasi milenial dari umur 18 atau 20 tahunan sudah bermain politik. Harus cerdas melihat kondisi dimana milenial membangun ruang-ruang dengan membangun nilai tawarnya,” pungkas Hatta Kainang.
Reporter: Sugiarto
Editor: Ilma Amelia