Logo Kemenko PMK. Sumber foto: wikipedia
Jakarta – Menjadi pemikir yang baik dan unggul seperti tokoh Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif harus diiringi dengan kemampuan menulis dan keterampilan berbicara yang baik juga.
Semua itu dapat diasah dengan mulai membiasakan diri lewat banyak membaca aneka macam literatur serta penguasaan bahasa asing.
“Butuh jalan panjang untuk dapat menjadi seorang pemikir seperti Buya (Ahmad Syafii Maarif). Saya coba memahami pemikiran beliau itu dengan membaca tesisnya lalu berhubungan baik. Dari Buya, saya belajar banyak tentang kemanusiaan, toleransi, keberagaman, keislaman secara utuh, dan sebagainya. Anak-anak muda memang sudah seharusnya juga dapat mempelajari semua pemikiran Buya,” ujar Menteri Koordinator Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Muhadjir Effendy, saat menjadi pembicara kunci pada Seminar Pembukaan Sekolah Kemanusiaan dan Kebudayaan Ahmad Syafii Maarif (SKK-ASM) yang digagas oleh Maarif Institute di Tangerang Selatan, Jumat (13/12/2019).
Menko PMK menjelaskan, berbagai pemikiran Buya Syafii Maarif merupakan khazanah intelektual yang sangat berharga.
“Buya punya cita-cita yang besar dan terus-menerus gelisah terhadap krisis yang menerpa bangsanya. Karena itu, saya berharap sikap intelektual, kebersahajaan, dan keteladanan yang ada pada diri Buya bisa menjadi virus positif bagi segenap masyarakat di Indonesia, terutama di kalangan generasi muda. Sebagaimana ini menjadi salah satu tujuan diselenggarakannya Sekolah Kemanusiaan dan Kebudayaan Ahmad Syafii Maarif yang tahun ini sudah memasuki periode ketiga,” kata Menko PMK.
Pada kesempatan ini, Menko PMK juga menjajaki kerjasama dengan lembaga pendidikan tinggi semacam ITB Ahmad Dahlan dalam pengembangan pembangunan manusia yang unggul.
Editor: Ilma Amelia