Pelaksanaan Bimtek Gerakan Sadar Wisata di hotel Villa Bogor, Majene, Rabu (3/5/23).
Majene, mandarnews.com – Anggota Komisi X DPR RI Dapil Sulawesi Barat H. Arwan M. Aras T, S.Kom bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) yang diwakili oleh Direktorat Pengembangan SDM Pariwisata mengadakan kegiatan Bimtek Gerakan Sadar Wisata di hotel Villa Bogor, Majene, Rabu (3/5/23).
Menjadi pembicara pada kegiatan ini adalah H. Arwan M. Aras T, S.Kom (Anggota Komisi X DPR RI), Drs. Rinto Taufik Simbolon,.MM (Analis Kebijakan Ahli Madya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif), H. Rustam Rauf, S. Sos,. MM (Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata), Rusmin Nuryadin, A. Md.Par., SE., M. Si (Ketua Prodi Manajemen Pariwisata STIPAR Tamalatea Makassar) dan Ihsan Arham, SP,.M. Si.
Mengawali sambutannya, Kepala Disbudpar Majene, Rustam Rauf menyampaikan terimakasihnya kepada Arwan Aras karena telah kembali mengagendakan kegiatan yang sangat penting tersebut.
Rustam Rauf mengatakan Kabupaten Majene tidak memiliki sumber daya alam (SDA) yang kuat, besar, yang banyak untuk bisa diangkat menjadi sebuah potensi untuk diolah menjadi sebuah perusahaan atau sebuah olahan yang bernilai skala besar. Seperti batu bara, tambang-tambang dan lainnya.
“Tetapi dilihat kepariwisataan potensinya sangat besar. Hampir 125 kilometer garis pantai Majene terpanjang di Sulawesi Barat mulai dari Lutang sampai Maliaya pantai Kabupaten Majene terbentang atau sangat nampak. Diperlukan sentuhan-sentuhan maksimal, sehingga kita menyimpulkan bahwa Pariwisata lah salah satu yang harus dikedepankan dibuat atau dilakukan di Kabupaten Majene untuk lebih memperkenalkan ke luar bahwa Majene mempunyai potensi yang sangat menjanjikan di sektor pariwisata,” tukasnya.
Menurutnya, Banyak wisata-wisata di Kabupaten Majene yang sangat perlu diberikan sentuhan maksimal seperti Pantai Datoq, Barane, dan lainnya.
“Sehingga kami bersyukur karena sentuhan kembali datang dari Arwan Aras. Dimana kembali diajak semua komponen masyarakat menyadari dan terlibat bahwa kepariwisataan ini perlu ditangani maksimal,” jelasnya.
Menurutnya, melalui gerakan sadar wisata ini masyarakat dan kelompok masyarakat diharapkan bisa lebih sadar dan peduli akan potensi wisata dan juga bernilai ekonomi.
“Seperti di Majene sendiri sangat banyak masyarakat nelayan yang terlibat dalam wisata sehingga sangat perlu memang mengedukasi, seperti hal agar dalam melakukan penangkapan ikan tidak menggunakan alat peledak sehingga biota laut tidak rusak. Jadi masyarakat dan kelompok juga harus bisa menjadi penyambung lidah pemerintah untuk masyarakat,” tandas Rustam.
Analisis Kebijakan Ahli Madya Kemenparekraf, Rinto Taufik Simbolon menjelaskan bahwa yang membangun dan memajukan suatu wisata adalah masyarakat. Namun, tanpa disadari bahwa yang merusak suatu wisata itu juga adalah biasanya masyarakat.
“Sangat penting memang membangun sumber daya manusia Kepariwisataan, karena memang pariwisata itu adalah lintas sektor,” ujarnya.
Rinto memberi contoh, Desa Wisata Pentingsari, yang dulunya tidak mempunyai apa-apa. Tapi karena kolaborasi dan perjuangan desa tersebut kini memperoleh penghasilan 5 milyar dalam setiap tahunnya.
Ia pun memotivasi para peserta pelatihan untuk senantiasa kreatif dalam bertindak. Mengubah mindsetnya untuk lebih baik lagi. Dan tidak serta merta menjiplak budaya westernisasi.
“Sehingga melalui kegiatan ini mari kita bersatu padu untuk membangun pariwisata Majene yang luar biasa,” tutupnya.
Sementara itu Arwan M. Aras, Anggota Komisi X DPR RI menyampaikan, tujuan dari kegiatan ini bagaimana membuat masyarakat lokal yang tinggal di daerah wisata betul-betul sadar mengenai wisata. Karena wisata bakal makin kuat ketika masyarakat lokalnya yang mengelola.
“Jadi kita membuat pondasi dengan kegiatan sadar wisata ini, ada terbentuk kelompok-kelompok masyarakat yang sadar wisata mengenai wisata yang ada di daerahnya masing-masing,” jelas Arwan.
Menurutnya, dengan begitu kekuatan ini bisa berkepanjangan, tidak seperti ketika harapannya cuman bantuan. Sehingga ketika ini dilakukan, masyarakatnya sadar, sadar bagaimana cara menjaga lingkungannya itu akan terpelihara dengan baik dari pada menunggu bantuan orang luar untuk mengelola wisatanya.
“Jadi harus masyarakat itu yang mengelola. Poin pentingnya juga adalah bagaimana memanfaatkan digitalisasi. Karena memang masih kurang promosi. Makanya dari materi ini juga ada materi khusus untuk promosi. Karena perlu memang ke kreativitas untuk mempromosikan wisata,” tandasnya.
Ia juga berharap Pemerintah Daerah Majene hadir untuk membina dan mengajak kelompok masyarakat, pemuda yang jago digitalisasi, tim-tim kreator untuk berkolaborasi bersama-sama mempromosikan pariwisata.
“Lebih penting lagi mengajak media untuk promosi sekaligus mengedukasi masyarakat. Apalagi literasi kita di Sulbar masih sangat rendah, sehingga dengan adanya media membawa kita secara tidak langsung untuk sering membaca, sering melihat berita dan sehingga wawasan akan terbuka.
Apalagi potensi wisata di Majene ini sangat luar biasa. Jadi perlu memang pemerintah berkolaborasi dengan media, tim kreator, serta masyarakat setempat. Karena jika ini tidak komplit maka pasti akan pincang,” tutupnya.
(Mutawakkir Saputra)