Bayi sangat kurus, kulit tipis, dingin dan keriput, tulang-tulang menonjol, rewel, tidak mau makan ditemukan Mandar News di Lingkungan Sondong Kelurahan Baruga Dhua Kecamatan Banggae Timur. Ia terus saja menangis dan tidak mau makan.
Bayi ini bernama Ashabul Kahfi (11 bulan), anak pasangan suami istri (pasutri) dari Amirullah (27) – Masita (22).
Ketika lahir, Ashabul Kahfi tidak memilik tanda-tanda menderita penyakit. Ia sehat. Bahkan berat badannya ketika lahir mencapai 4 kg.
Tapi pada usia 11 bulan, berat badannya hanya meningkat 0,7 kg atau hanya memiliki berat 4,7. Sedangkan berat badan ideal bayi pada usia 10 bulan sampai 1 tahun s Dengan demikian, perbandingan berat badan dengan umurnya hanya mencapai 50,5 persen.
Standar yang ditetapkan WHO-NCHS, di bawah 60 persen perbandingan berat badan dengan umurnya, bayi tersebut dikategorikan menderita Busung Lapar.
Apa arti busung lapar? Busung lapar merupakan istilah umum untuk penyakit gizi kurang. Busung lapar merupakan kondisi seseorang yg disebabkan oleh rendahnya konsumsi energy dan protein dalam asupan makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG).
Kondisi ekonomi dan faktor kesehatan orangtua Ashabul Kahfi rupanya menjadi penyebab kondisi yang dialaminya.
Penghasilan orangtua yang diperoleh dari kerja serabutan (kuli angkut, kuli tani, dll) tak mampu membiayai pengobatan sehingga bayi ini tidak mendapatkan perawatan intensif. Ashabul Kahfi pernah masuk rumah sakit tapi belum sembuh sudah check out atas permintaan orangtua karena faktor ekonomi.
“Jangankan biaya untuk mondar-mandir ke rumah sakit, untuk kebutuhan sehari-hari saja susah, kadang hari ini dapat pekerjaan besok belum tentu,” kata Amirullah.
Kondisi kesehatan ibunda Ashabul Kahfi, Masita juga sangat berpengaruh. Masita sering kali terserang sakit kepala yang tak dapat ia tahan hingga seperti kesurupan. Penanganan kesehatan Masita harus berobat kontinyu hingga 5 tahun.
Dengan kondisi seperti ini, Masita tak bisa merawat anaknya meski pun di rumah sendiri apatah lagi di rumah sakit. Ongkos transportasi dari kampung halaman ke rumah sakit dengan jarak tempuh sekira 10 kilometer naik ojek dengan setengah kondisi jalan yang berbukit, semakin menambah beban bagi keluarga ini.
Kini, Ashabul Kahfi kembali dirawat di RSUD Majene. Nasibnya kali ini lebih baik dari kemarin karena ia masuk RSUD Majene atas kepedulian Bupati Majene H.Kalma Katta.
Mendapat informasi dari Mandar News atas keberadaan bayi yang sangat memiriskan, Kalma Katta langsung mendatanginya. Bupati dua periode ini menaiki kediaman pasutri Amirullah – Masita dan berbincang dengan penghuninya. Kondisi rumah pasutri ini sebagian berlantai papan yang belum dipasah, sebagian lagi berlantai bambu serta dinding papan ragam jenis yang juga belum diserut. Rumah tempat Ashabul Kahfi dilahirkan ini berukuran sekira 3m x 5m dan tinggi lantai dari tanah sekira 1 m tanpa kursi maupun perabot lainnya. Di rumah ini Bupati Majene melantai tanpa pengalas.
Setelah berbincang cukup lama, Bupati memerintahkan ajudan untuk menelpon kepala Puskemas Banggae II tapi yang datang adalah petugas yang diutus, bukan dokter. Lingkungan Sondong berada dalam wilayah kerja Puskesmas Banggae II. Di wilayah ini juga ada Pustu dan Polindes tapi entah mengapa masih ada bayi yang mengalami kondisi memprihatinkan soal kesehatan.
Bupati Majene H.Kalma Katta memerintahkan petugas kesehatan itu membawa Ashabul Kahfi ke RSUD untuk mendapat perawatan intensif. Ia menanggung segala biaya perobatan bahkan jika ada pengasuh yang akan menyertai ke RSUD, Kalma juga bersedia menanggung biayanya. Tapi oleh RSUD menyatakan bersedia merawat bayi tanpa ada pengasuh dari pihak bayi karena akan ditangani langsung oleh petugas RSUD.
Sempat terjadi kebuntuan komunikasi setelah Ashabul Kahfi berada di RSUD. Ada oknum petugas yang mengeluh karena semua kebutuhan bayi malang tersebut disiapkan oleh petugas, termasuk membeli popok/pampres. Tapi kepala RSDU Majene dr. Rakhmat segera turun tangan sehingga semua penangan bayi ini berjalan lancar.
Setelah dirawat 1 minggu di RSUD Majene, kondisi kesehatan Ashabul Kahfi membaik. Berat badan sudah naik menjadi 5,1 kg. Ia juga sudah bernafsu untuk makan dan tak lagi rewel.
Pasutri Amirullah – Masita sangat bersyukur akan kemajuan kesehatan anaknya. Mereka juga sangat terharu atas kehadiran, tak disangka-sangka, orang nomor satu di Majene ke gubugnya. Mereka sangat berterima kasih kepada Bupati Kalma Katta.
Padahal, sebelumnya belum pernah ada pejabat yang datang berkunjung termasuk Lurah mereka, Lurah Baruga Dhua Irsan Sirajuddin S,IP.
Sebelum ditemukan Bupati Majene, petugas PNPM-GSC, Irwan memberikan bantuan makanan tambahan. Tapi bantuan tambahan makanan saja tidak memperbaiki kondisi kesehatan Ashabul Kahfi.(fri/fls/ald)