Salah satu bangunan sarang burung walet yang baru sudah dibangun di dekat Kampus STIKES BBM.
Majene, mandarnews.com – Aktivitas belajar mengajar di Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Bina Bangsa Majene (BBM) masih terus mengalami gangguan serius, bangunan sarang burung walet di kawasan kampus ternyata masih terus beroperasi.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Majene diminta bertindak nyata melindungi aktivitas belajar sekaligus membuktikan Majene adalah kota pendidikan, nyaman dan aman untuk kuliah.
“Kami sangat kecewa dengan DPRD dan Pemkab. Kenapa membiarkan pelanggaran terus terjadi? Jelas-jelas bangunan walet tidak bisa dekat kampus, ini masih tidak ditindaki,” kata mahasiswa STIKES BBM, Muhammad Al Ghifari yang juga Presiden Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa (Presma BEM) Stikes.
Hingga saat ini, bangunan sarang walet di samping kampus masih terus beroperasi, suara bising dari bangunan sarang walet menyeruak masuk ke ruang-ruang kelas, laboratorium, dan kantor kampus.
“Kami sudah sampaikan ke DPRD bahwa ini ada pelanggaran Peraturan Bupati, bangunan juga tanpa izin, lalu pertanyaannya kenapa didiamkan, kuliah kami terus terganggu dengan bisingnya suara,” ujar mahasiswa yang lain.
Salah seorang tokoh pemuda Majene Ilmanbahri Widyananda Mansyur meminta agar DPRD Majene segera bertindak nyata menyikapi pelanggaran yang terjadi atas terus beroperasinya bangunan walet.
“Kalau Pemkab mendiamkan pelanggaran itu, maka ke depannya ini akan jadi preseden buruk, pihak lain juga mendirikan bangunan tanpa izin,” sebut Ilman.
Menurut Ilman, persoalan ini tinggal butuh ketegasan Pemkab melalui Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), apalagi itu salah satu instrumen yan mendorong perwujudan Majene sebagai pusat pendidikan.
Ia juga mempertanyakan komitmen nyata Pemkab Majene mewujudkan Majene sebagai kota pendidikan di Sulbar.
“Jangankan untuk memberikan fasilitas agar orang ke Majene melanjutkan pendidikan, ini ada aktivitas belajar terganggu karena melanggar Perbup, Pemkab justru cuek saja,” tutur Ilman.
Ilman menambahkan, jika ini tidak ditindaklanjuti justru menjadi bukti bahwa Pemkab tidak serius mendukung Majene sebagai perwujudan pusat pendidikan.
Seperti diberitakan sebelumnya, ratusan mahasiswa STIKES Bina Bangsa Majene berunjukrasa ke DPRD Majene, Senin 18 Mei. Mahasiswa saat itu meminta DPRD memberikan perlindungan setelah aktivitas kuliah belajar terus diganggu dengan bisingnya suara walet.
Mahasiswa meminta Perbup Nomor 42 Tahun 2017 yang melarang bangunan walet dekat dengan rumah ibadah dan kampus ditegakkan. (Mutawakkir Saputra)
Editor: Ilma Amelia