
Doni yang juga didampingi Kepala Badan Restorasi Gambut, Nazir Foead melakukan kunjungan dengan tujuan mengajak semua elemen, baik Forum Komunikasi Perangkat Daerah (Forkopimda), dunia usaha, perguruan tinggi, masyarakat, dan media massa untuk saling mengingatkan bahaya karhutla.
“Bencana yang marak terjadi akibat ulah manusia tidak hanya merugikan manusia tetapi juga ekosistem alam Riau. Urusan karhutla merupakan urusan kita semua,” beber Doni.
Menyikapi bencana asap di wilayah Riau ini, Doni mengajak relawan untuk bekerja sama dan memberi masukan sehingga penanganan karhutla berlangsung efektif.
“Di sisi lain, perguruan tinggi juga berperan penting, khususnya terkait dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi pada aspek penelitian dan pengabdian masyarakat,” papar Doni.
Menurutnya, banyak pendekatan seperti sosiologi, antropologi, agama, dan lainnya yang dapat dilakukan untuk menyadarkan semua pihak.
“Dengan dampak karhutla itu, masyarakat Riau yang berjumlah sekitar 6,3 juta tidak mungkin untuk pindah ke planet lain atau provinsi lain. Oleh karena itu, alam harus dijaga bersama-sama,” imbuh Doni.
BNPB dan kementerian/lembaga terkait menegaskan, akan selalu mendukung operasi pemadaman karhutla di Riau. Saat ini, 17 helikopter dan 1 pesawat teknologi modifikasi cuaca beroperasi di Riau.
Jumlah personel gabungan saat ini untuk pemadaman berjumlah 1.512 orang dari Tentara Nasional Indonesia (TNI), Kepolisian Republik Indonesia (Polri), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Manggala Agni, Masyarakat Peduli Api, dan kementerian/lembaga. Jumlah tersebut belum ditambah dari dukungan personel dunia usaha.
Sementara itu, Data BPBD Provinsi Riau per hari ini (2/8) mencatat total luasan lahan terbakar sampai dengan 23 Juli 2019 berjumlah 4.041,94 ha, sedangkan indeks standar pencemaran udara (ISPU) dalam kondisi baik hingga sedang. (rilis BNPB)
Editor: Ilma Amelia