Muhammad Hidayat dengan hasil budidaya jamur tiramnya
Malunda – Kabupaten majene merupakan kabupaten dengan sumber daya alam yang melimpah dan tersebar di sejumlah kecamatan. Sehingga untuk mengembangkannya perlu sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni, inovatif dan kreatif dalam memajukan seluruh elemen masyarakat.
Di Kecamatan Malunda seorang pemudaa, Muhammad Hidayat (iyat) mencoba melaksanakan ide kreatifnya dan membuahkan hasil. Iyat berhasil membuka kesempatan baru untuk membudidayakan jamur tiram di kecamatan Malunda tepatnya di samping masjid raya (darul muttahida). Budidaya jamur tiram ini mulai dilakukan pada tanggal 30 November 2017 dan sementara dikembangkan demi memajukan ketahanan pangan dan membuka peluang pekerjaan yang baru .
“Awalnya saya mengenal jamur pada waktu kuliah mikologi (ilmu tentang jamur) di Universitas Negeri Makassar (UNM) dengan praktikum yang terbilang mudah dan penuh tantangan. Sehingga saya pun berpikir jauh ke depan kenapa tidak saya mengembangkannya di kampung saya sendiri,” tutur Iyat.
Ia pun merencanakan tiap langkahnya yang secara kebetulan juga ada teman sekaligus asisten praktikum ingin mendirikan sebuah komunitas, waktu itu akhir tahun 2014. Mereka merencanakannya, mulai membuat program dan lahirlah “Kawan Jamur Makassar” dengan beberapa program pelatihan dan even-even yang sampai sekarang ini masih berjalan dengan baik.
Iyat mengatakan, budidaya jamur di Sulawesi Barat jarang sekali ditemukan, jadi kesempatan masih bersaing dengan produk yang lain sangat menguntungkan. Kesempatan besarr itu bukan berarti luput dari tantangan. Iklim kabupaten Majene terkhusus kecamatan Malunda yang rata-rata di atas 30 derajat menjadi tantangan yang serius untuk membudidayakan jamur. Mengingat pertumbuhan jamur akan lebih maksimal jika berada pada suhu 27-30 derajat.
Iyat mengaku, membudidayakan jamur cukup mudah, kita hanya perlu menyiapkan lahan dengan ukuran 3 x 6 m. Saat ini dirinya mampu memenuhi permintaan jamur tiram hanya di daerah kecamatan Malunda dan daerah terdekat seperti, ibukota kabupaten Majene dan kabupaten Mamuju. Jamur tiram tidak dapat dikirim ke berbagai kota seperti Polewali Mandar dan Mamasa dikarenakan akses transportasi untuk pengiriman belum memadai.
Menurut Iyat, manfaat jamur sangat banyak, mulai dari membantu menurunkan kolesterol, menyehatkan janin, mencegah tumor, anti oksidan alami dan dapat juga mencegah hipertensi.
Lebih jauh, iyat menjelaskan, di Sulawesi barat pembudidaya jamur masih terhitung sangat minim, bahkan mungkin hanya beberapa saja yang membudidayakannya.
Di samping itu, untuk mengembangkannya terbilang sangat menguntungkan. Jamur yang belum diolah saja berkisar 25-30 ribu perkilogramnya. Tantangan terbesar yang dialami Iyat hanya dipemasaran dan tenaga kerja yang baru 1 orang. Padahal, jumlah permintaan sangat banyak di semua daerah Sulawesi Barat.
Menurut dia, kita kalah memulai dengan tetangga provinsi kita Sulawesi Selatan. Pembudidaya jamur di Sulawesi Selatan sudah ada sejak 8 tahun yang lalu. Kita bukan kalah di sumber daya alam tapi kita kalah di sumber daya manusia yang belum mampu berinovasi, membuat terobosan dan bersaing secara global.(rizaldy)