Desa Lalattedzong memiliki 6 buah Dusun yaitu Lalatedzong, Tappagalung, Tosalama, Udzung dan Naungkkaluku dengan luas wilayah 1,24 km, memiliki jumlah penduduk 1214 jiwa masing-asing laki-laki 609 dan perempuan 605 dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 296.
Sejak tahun 2015 Desa Lalattedzong sebagai desa siaga, kesiapan penduduknya dengan sumber daya, kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan ke gawat daruratan kesehatan secara mandiri, yang berusaha mewujudkan pelayanan kesehatan dari sebelumnya bersifat sentralistik dan top down menjadi lebih partisipatif dan botton up.
Sehingga terwujudnya massyarakat Desa sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah Desa Lalattedzong.
Secara khusus, tujuan desa siaga adalah :
-meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan.
-meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakt desa.
-meningkatnya keluarga sadar Gizi dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.
-meningkatnya kesehatan lingkungan di desa.
Desa Lalatedzong memiliki dua kriteria untuk bisa menjadi desa siaga yakni memiliki 1 orang tenaga bidan menetap di desa, serta memiliki beberapa kader desa. serta memiliki gedung Pos Kesehatan Desa lengkap dengan peralatan, kemudian dikembangkan oleh masyarakat untuk melaksanakan kegiatan-kegiatannya melalui Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM).
Selain hal diatas sebagai Desa binaan Desa Lalattedzong memiliki program antara lain :
1.Mensosialisasikan kepada masyarakat tentang pentingnya melaksanakan pola hidup sehat, seprti menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, tidak membuang sampah disembarang tempat, pelarangan merokok ditempat umum (acara tahlilan, pernikahan dan lain-lain)
2.Menambah/membangun posyandu.
3.Mengaktifkan semua kader desa disetiap kegiatan posyandu dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat, terutama ibu-ibu yang baru selesai melahirkan. disamping itu semua kader harus proaktif memberikan laporan/data ke desa agar bisa diketahui perkembangannya (pembuatan laporan digilir setiap kader)
4.Mengoptimalkan penggunaan sarana persalinan yang ada, sehingga masyarakat dengan sendirinya akan datang untuk proses persalinan/melahirkan.
5.Mengupayakan agar semua kader bisa secara bergantian di utus setiap ada kegiatan pelatihan, baik di kabupaten maupun provinsi, sehingga nantinya semua program dapat terlaksana dengan baik sesuai ilmu yang mereka dapatkan saat pelatihan. (haslan)