H. Ramlan Badawi, Bupati Mamasa.
Mamasa, mandarnews.com – H. Ramlan Badawi, Bupati Mamasa yang menjabat selama dua periode mengakui bahwa visi misi periode keduanya tak berjalan maksimal akibat adanya Covid-19 dan peristiwa alam.
Ramlan menceritakan, di periode kedua ini, pada tahun pertama dan kedua Mamasa dilanda gempa, kemudian tahun ketiga dan keempat dilanda lagi Covid-19.
“Maka, dari hal tersebut, visi dan misi yang telah diprogramkan terhambat. Bahkan, ada yang tidak terlaksana, ditambah lagi dengan adanya inflasi. Jika yang tidak paham keadaan tersebut akan mengatakan bahwa Bupati Mamasa gagal atau akan muncul pemikiran yang lain, ” jelas Ramlan saat dikunjungi di rumah jabatan, Senin (18/9).
Di akhir periodenya, Ramlan menginginkan semua stakeholder yang terlibat tetap bersinergi meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dan ekonomi rakyat karena hal tersebut merupakan salah satu tujuan pemerintah.
“Salah satu tujuan Kabupaten Mamasa terbentuk adalah untuk kesejahteraan rakyat dan mendekatkan pelayanan,” tutur Ramlan.
Ramlan berharap, kedepan ada peningkatan di Mamasa, tetap ada tebaran senyum, serta utamanya selalu menjaga keamanan dan ketertiban.
“Saya ingin meninggalkan jabatan dengan senyum dan berikanlah ruang Pj Bupati datang di Mamasa dengan senyum,” ucap Ramlan dengan penuh senyuman.
Ramlan menerangkan, dirinya berada di Mamasa kurang lebih 21 tahun. Selama 6 tahun menjabat sebagai kepala kantor dan dinas dan selama 15 tahun berada pada jabatan politik, 2 tahun lebih menjabat sebagai wakil bupati, kemudian 12 tahun lebih sebagai Bupati Mamasa.
“Suka duka Kabupaten Mamasa tentu sangat diketahui persis, sehingga menyadari kondisi geografis Mamasa yang begitu sulit maka pada periode pertama jabatan bupati dilakukanlah pola pemekaran sehingga terbentuklah 168 desa, 13 kelurahan, dan 17 kecamatan,” sebut Ramlan.
Ini, lanjutnya, adalah cara untuk mendekatkan pelayanan ke masyarakat dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi setiap wilayah.
Ramlan menyampaikan, kondisi lain yang membuat daerah kesulitan lantaran regulasi keuangan juga ikut berubah dimana sebelumnya transferan pusat ke daerah dilakukan per bulan sekarang berubah menjadi tiga kali dalam setahun.
“Bukan tidak ingin dibayarkan oleh Pemda, melainkan hanya tertunda sebab kondisi keuangan daerah,” kata Ramlan.
Mengenai para pendemo yang menuntut gaji , Ramlan menjelaskan, itu juga wajar agar pemerintah termotivasi dalam memberikan penjelasan.
“SDM masyarakat daerah kita masih lemah sebab lebih dominan masyarakat mendengarkan hal-hal yang negatif,” ucap Ramlan.
Ia pun mengajak masyarakat berpikir positif agar mengedepankan budaya musyawarah mufakat sesuai falsafah budaya Mamasa, yaitu sitayuk dan sipakasalle. (Yoris)
Editor: Ilma Amelia