
Mamuju, mandarnews.com – Penggambaran tentang “efek domino” menjadi pembuka yang diantarkan Wakil Bupati Mamuju H. Irwan SP Pababari saat menghadiri Pembukaan Musyawarah Cabang Ke – V Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Kabupaten Mamuju yang dirangkaikan dengan Dialog Kepemudaan, Ahad (29/10/17) di ruang pola lantai III Kantor Bupati Mamuju
Saat berdialog, Wakil Bupati menyampaikan, dari sekian banyaknya upaya yang dilakukan Pemerintah dalam Pembangunan Sosial, Ekonomi, dan Masyarakat itu tidak akan terjadi tanpa adanya “efek domino” yang merupakan mata rantai dari sekian banyaknya keinginan untuk terus meningkatkan kulitas Daerah dan sumber daya manusia.
“Tentu itu butuh tahapan yang harus dilalui ‘Efek domino’ sekali lagi adalah sinergi yang digunakan untuk melakukan sesuatu, tidak hanya dengan membalikan telapak tangan tetapi juga memiliki deretan proses akan menggiringnya,” Lanjut H. Irwan Pababari.
Irwan mencontohkan, jika ada yang bertanya kenapa masyarakat Mamuju tidak berikan ruang untuk memasukkan usahanya ke mini market, maka jawabnya, ada tidak usahanya, ada tidak badan POMnya dan banyak lagi persoalan adaministrasi lainnya yang sudah jelas dan sangat terbuka cuma belum ada yang mendiskusikannya.
Menurutnya, perlu menerapkan efek domino untuk melalui itu. Seperti halnya domino kalau ada 5.6 dan 4.6 tidak bisa turun tapi kalau 4.4 lalu ada 6.4 pasti bisa turun dan seterusnya itu perlu tahapan, kesesuaian, usaha, dan mau berjuang.
“Jadi hari ini saya mengajak untuk melihat dari segi ekonomi, sosial dan pembangunan kami akui masih sangat kurang, itu saya akui dan untuk melengkap itu saya ajak saudara–saudara semua ayo datanglah pada kami ruangan Pak Bupati Mamuju terbuka, ruangan Pak Wakil Bupati juga terbuka.
“Datanglah apa yang perlu dilakukan tidak harus turun ke jalan tetapi ayo datang berikan konsep apa yang cocok untuk kita lakukan tetapi dengan berdiskusi karena kenapa, terkadang kita hanya melihat kulit luarnya saha tidak pernah mendalami lebih jauh,” ajak Irwan.
Irwan mengingatkan, ketika berorganisai ada alat perjuangan yang sudah dimiliki, kenapa tidak dimaksimalkan, kenapa hanya nanti kumpul–kumpul baru ramai. Padahal ada alat pejuangan, ada kop surat, ada stempel, ada baju almamater.
“Ada ruang kenapa tidak dilakukan, kalau tidak gol disitu bikin kelompok baru yang tidak keluar dari sana, contoh kasus seperti adanya aliansi bikin lagi itu, bikin lagi stempel baru selalu karena akan ada jalan, apa yang ingin kita perjuangkan,” pungkasnya. (HMS. Lisa Sari Dewi.H)