DR. Fahmi Massiara memberi sambutan dan sekaligus membuka secara resmi workshop Koordinasi Kabupaten Generasi Sehat dan Cerdas “Review Akhir Tahun” Pengelolaan Stunting di Kabupaten Majene di Aula Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kab. Majene
Rabu, 26 Desember2018
Majene, mandarnews.com – Masalah stunting telah menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Majene. Karena itu akan fokus untuk menurunkan jumlah kasus tersebut. Masalah stunting harus diselesaikan secara terintegrasi dengan lintas sektor.
Mencermati pengelolaan stunting melalui intervensi sensitif dan spesifik yang telah diupayakan bersama di tahun 2018. Mulai dari program prioritas OPD, program dana desa, dukungan pendampingan/pemberdayaan program sektoral, pelaksanaan rembuk stunting, konvergensi stunting dan lain sebagainya.
“Saya menghimbau dalam acara ini agar kita melakukan review yang tajam atas apa yang sudah dilaksanakan untuk mengetahui dan memahami kendala dan permasalahan kongkrit, sehingga ke depa pengelolaan stunting lebih maksimal,” kata DR. Fahmi Massiara, Bupati Majene dalam sambutannya membuka workshoop koordinasi kabupaten generasi sehat dan cerdas “Review Akhir Tahun” pengelolaan stunting di Kabupaten Majene di Aula Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Kab. Majene 26 Desember 2018.
Fahmi menyatakan percaya dengan upaya maksimal akan mampu mencapai hasil yang lebih baik di masa depan asalkan semua stakeholder dengan sungguh-sungguh melakukannya.
Fahmi menjelaskan, masalah gizi merupakan masalah yang kompleks, tidak semata-mata karena kurangnya asupan makanan, di Indonesia. Banyak faktor yang menjadi penyebab masalah gizi , baik secara langsung maupun tidak langsung.
Masalah gizi secara langsung dipengaruhi oleh faktor konsumsi makanan dan penyakit infeksi. Keduanya merupakan faktor yang saling mempengaruhi. Sedangkan penyebab tidak langsungnya adalah ketersediaan dan pola konsumsi rumah tangga, kesehatan lingkungan dan pola asuh.
Kompleksitas masalah gizi ini merupakan tantangan besar untuk menjadikan gizi sebagai isu sentral dalam memperbaiki sumber daya manusia dalam rangka mendukung gerakn percepatan perbaikan gizi pemerintah pusay yang fokus pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK) sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan Presiden nomor 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi.
Saat ini, berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes Tahun 2018, proporsi status gizi sangat pendek dan pendek (stunting) pada balita di Indonesia Provinsi Sulawesi Barat masih berada pada urutan kedua dibawah Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh masalah gizi pada periode tersebut, tambahnya, dalam jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik dan gangguan metebolisme dalam tubuh. Sedangkan dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah terjadinya stunting, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit.
“Harapan saya tentunya hal seperti ini tidak terjadi di Kabupaten Majene,” tutupnya.
Stunting merupakan suatu kondisi kekurangan gizi kronis yang ditandai dengan 3G yaitu gagak tumbuh, gagal kembang, dan gangguan metabolisme pada anak balita.
Terutama pada 1000 HPH balita stunting dapat dialami pada keluarga miskin dan juga pada keluarga mampu. Untuk mencegah stunting diperlukan upaya dengan intervensi gizi mulai ibu hamil, masa menyusui, hingga usia 2 tahun.
Untuk mendapatkan hasil maksimal dalam upaya pengelolaan stunting, Pemkab Majene melaksanakan whorkshop ini. Dengan tujuan antara lain : meningkatkan kesadaran dan mengubah perilaku masyarakat untuk mencegah stunting stunting di periode 1000 HPK, memperkuat komitmen pemerintah daerah dan seluruh stakeholder dalam rangka penanggulangan kemiskinan pemberdayaan masyarakat dan penurunan prevalensi stunting, memperkuat koordinasi lintas sektor dalam upaya penanggulangan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat dan penurunan prevalensi stunting metode konvergensi intervensi program spesifik dan program sensitif di berbagai lintas sektor, mereview pengelolaan stunting yang selama ini telah dilakukan di Kabupaten Majene untuk menemukan stratregi pencegahan dan penanganan stunting di masa yang akan datang.
Peserta workshop berasal dari Bapeda, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, Dinas Ketahanan Pangan, para camat se Kabupaten Majene, para Kepala Puskesmas di 8 Kecamatan, para kepala desa lokasi prioritas stunting, serta berbagai pelaku program yang terkait.
Penulis : Rizaldy