Rapat paripurna Hari Jadi Majene, Minggu (15/8).
Majene, mandarnews.com – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Majene melaksanakan Rapat Paripurna dalam rangka memeringati Hari Jadi Majene (HJM) ke-476.
Pelaksanaan Rapat Paripurna peringatan HJM secara protokol kesehatan (prokes) ini digelar di ruang rapat DPRD Majene, Minggu (15/8) dengan dibuka langsung oleh Ketua DPRD Majene Salmawati Djamado serta dihadiri Wakil Ketua I M. Idwar, para anggota DPRD Majene, Bupati dan Wakil Bupati Majene A. Achmad Syukri Tammalele dan Arismunandar Kalma, anggota DPRD Sulawesi Barat (Sulbar) Kalma Katta, mantan Ketua DPRD Majene Darmansyah, mantan ibu Bupati Majene Fatmawati Fahmi, para pimpinan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), dan para pimpinan organisasi perangkat daerah (OPD).
Ketua DPRD Majene Salmawati Djamado dalam sambutannya menyampaikan, HJM yang ke-476Â merupakan peringatan ketujuh.
Menurutnya, HJM dengan tema “Mammesa Pattuyu, Mappalabang Cinna di Lita’ Assamalewuang” ini diharapkan mampu menyatukan visi misi dan selalu memberikan seluruh cinta kepada daerah Majene Lita’ Assamalewuang.
“Warna apapun, golongan apapun, kelompok apapun kita harus tetap bersatu atas nama kecintaan kita untuk Majene Bumi Assamalewuang, Majene Rumah Kita, semangat persatuan penting diwujudkan karena saat ini kita masih bergelut kesusahan di masa pandemi Covid-19,” ucap Ketua DPRD yang akrab disapa Salma ini.
Kita harus bersatu, lanjutnya, dalam penanganan Covid-19. Bersatu dalam memperjuangkan hak-hak rakyat, utamanya mengaktifkan kembali Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan karena tidak terpenuhi oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Barat (Sulbar) sebanyak 12.974.
“Kita harus bersatu mencari solusi yang terbaik dan tindak lanjut dari bantuan Jaminan Persalinan sebagai bentuk kecintaan kita untuk Majene,” kata Salma.
Ia menyampaikan, banyak pekerjaan kedepan menanti dalam mengemban amanah dan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) masing-masing untuk kemajuan Majene kedepan.
Momen peringatan HJM ke-476 tahun ini juga, kata Salma, menjadi momen untuk merefleksikan diri atas apa dan telah yang akan diabdikan kepada daerah serta melanjutkan pengabdian para pemimpin sebelumnya sehingga menjadikan Majene daerah yang maju seperti daerah-daerah yang lain.
Pihaknya berkomitmen menjaga marwah lembaga DPRD Majene dan akan tetap fokus mengawal kebijakan Majene Unggul, Mandiri, dan Religius serta tidak akan mencampuradukkan persoalan politik kedepannya.
Salma yakin, di HJM ke-476 tahun semua akan bersatu dalam menghadapi persoalan-persoalan daerah, khususnya dalam masa pandemi Covid-19, siola-ola dan sibali parri’ (bersama – sama dan saling bekerja keras).
Tak lupa, Salma mengingatkan agar seluruh masyarakat Majene tetap patuh pada prokes pencegahan Covid-19, utamanya menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan sesering mungkin sebagai kunci pencegahan Covid-19.
“Kita harapkan di HJM ini nilai-nilai budaya Mandar Majene, kearifan lokal serta ciri khas yang ada di lita’ Mandar (tanah Mandar) tetap dilestarikan,” sebut Salma.
Ia juga mengharapkan, di masa kepemimpinan baru AST-Aris dapat menyejahterakan masyarakat dan tetap menjunjung tinggi kesatuan.
Wakil Ketua I DPRD Majene M. Idwar secara terpisah sebelumnya berharap, dengan adanya kepemimpinan baru Majene bisa jauh lebih baik
Serta visi misi Bupati Majene bisa dijalankan dengan sebaik-baiknya.
“Kami di DPRD akan tetap bekerja semaksimal mungkin sebagaimana tupoksi kami. Apalagi kondisi kita saat ini masih dalam pandemi Covid-19 sehingga harus senantiasa menerapkan prokes dan mudah-mudahan juga pandemi Covid-19 dapat segera berlalu,” tutur Idwar.
Bupati Majene AST dalam sambutannya mengucapkan, semoga di usia Majene yang semakin matang dapat menjadi energi positif yang luar biasa untuk terus memacu perwujudan masyarakat dan pemerintah menuju Majene Unggul, Mandiri, dan Religius.
Sebagaimana diketahui bersama, hari ini 476 tahun lalu, tepatnya 15 Agustus 1545 disepakati menjadi HJM melalui penetapan Peraturan Pemerintah Daerah Kabupaten Majene Nomor 11 tahun 2014 tentang Penetapan HJM.
“Kesepakatan tanggal 15 didasari kejadian penting dimana tanggal 15 April 1909 sebagai hari penetapan Afdeling Mandar oleh kompeni Belanda maka untuk mengenang kejadian tersebut tanggal 15 disepakati menjadi tanggal HJM,” tukas AST.
Sementara untuk bulan Agustus, lanjutnya, didasarkan atas beberapa peristiwa penting yang terjadi di bulan Agustus. Diantaranya, Ammana Pattolawali dan Ammana Wewang (pejuang Mandar) memimpin masyarakat Majene menyerbu Residen Belanda yang ada di Pangali-ali dan Camba.
“Bulan Agustus juga menjadi bulan penetapan Majene sebagai pusat pemerintahan Mandar lama. Sementara penentuan tahun 1545 disepakati karena menjadi tahun puncak kejayaan masa keemasan kerajaan-kerajaan di Majene yang dikenal dengan sebutan Pitu Ba’bana Binanga (tujuh kerajaan besar yang ada di pesisir).
AST berharap, nilai – nilai sejarah pada tanggal, bulan, dan tahun kesepakatan HJM menjadi semangat dan membangun daya juang masyarakat bersama dalam membangun Majene menjadi wilayah yang disegani di provinsi Sulbar dan provinsi lainnya.
“Saya berharap agar segenap masyarakat Majene senantiasa menjaga dan mengembangkan nilai-nilai luhur Mandar guna memperteguh kesatuan dan persatuan jati diri demi menjadikan Majene jauh lebih baik serta mengajak seluruh masyarakat agar senantiasa memberikan support dan semangat agar Majene Rumah Kita bisa terwujud dan dapat menyatukan pikiran untuk daerah kedepan yang lebih baik,” beber AST.
Usai pelaksanaan Rapat Paripurna, Pemkab Majene kemudian melakukan kegiatan masossor manurung (pemandian pusaka kerajaan) di halaman rumah jabatan (rujab) Bupati Majene.
Kegiatan masossor manurung kali ini mengutus perwakilan dari Kecamatan Ulumanda. (Mutawakkir Saputra)
Editor: Ilma Amelia