Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rajiun, Sulawesi Barat kembali berduka, salah satu putera terbaiknya Professor Dr Makmun Hasanuddin, MH berpulang ke rahmatullah, Senin dinihari 22/02 di RS PCC Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Prof Makmun, demikian almarhum akrab disapa, merupakan salah satu tokoh kunci dalam perjuangan pembentukan Sulawesi Barat, mekar dari Sulawesi Selatan.
Dalam memori penulis saat masih sebagai mahasiswa merasakan secara langsung bagaimana tekad besar dan semangat yang terus berkobar padea beliua dalam berjuang membentuk Sulawesi Barat.
Salah satu contoh besarnya semangat almarhum memperjuangkan Sulbar, dalam suatu waktu, saat perjuangan Sulbar sempat kurang aktiv awal tahun 2002, intensitas rapat perjuangan sempat berkurang kala itu.
Pak Makmun, begitu saya sering memanggilnya, terus bersemangat untuk menjalin komunikasi dengan tokoh – tokoh perjuangan Sulbar khususnya yang ada di Makassar.
Kendala yang dihadapi waktu itu fasilitas untuk mengadakan rapat serba terbatas, Komputer untuk membuat undangan rapat pun masih sulit diperoleh, belum lagi untuk tempat untuk rapat juga tidak mudah.
Keterbatasan itu ternyata tidak menyurutkan semangat Pak Makmun, undangan rapat untuk membahas langkah – langkah mempercepat perjuangan Sulbar beliau ketik sendiri menggunakan mesin tik manual.
Penulis mengamati langsung, di sisi kanan saat beliau mengetik terdapat keras HVS bersiri coretan – coretan hal penting untuk diketik masuk dalam undangan.
Usai undangan penulis antar ke rumah tokoh – tokoh Sulbar di Makassar, Pak Makmun pada hari berikutnya mempersiapkan rapat, mulai dari bahan hingga konsumsi. setiap akan digelar rapat tentang progress pembentukan Sulbar, beliau sangat semangat.
Rapat yang sering digelar sore hingga menjelang magrib di ruang tengah kantor Menara berlangsung bersahaja, bahan – bahan rapat umumnya diketik manual kemudian di foto copy, kemudian konsumsi yang tersedia kue – kue tradisional berupa pisang goring, tara’jo dan sebagainya.
Singa Podium, Oratur Ulung
Almarhum yang juga professor Hukum itu juga dikenal sebagai singa podium, oratur ulung, suaranya menggelegar bagai halilintar yang siap menerjang bila ada yang hendak menghalangi terbentuknya Sulbar.
Pidatonya juga padat, tajam apalagi karena memang ia adalah pakar hokum, tahu selak beluk aturan.
Dalam kisah lain, akhir tahun 2003 ketika warga Mandar di Makassar serta warga Mandar yang datang langsung dari Polmas, Majene dan Mamuju berunjuk rasa di kantor Gubernur Sulsel menuntut percepatan rekomendasi dari Gubernur Amien Syam.
Situasi saat itu sempat memanas, para pemuda mahasiswa Mandar sempat terlibat ketegangan dengan staf kantor gubernur Sulsel, penyebabnya mahasiswa ngotot mendapat jawaban langsung dari Gubernur Amien Syam perihal rekomendasi pemprov Sulsel persetujuan pembentukan Sulbar.
Ditengah situasi yang tegang, tiba – tiba pak Makmun berpidato dalam bahasa Mandar yang masih terngiang sampai sekarang, suaranya yang keras membuat hening kantor gubernur Sulsel, khusunya di lantai dua.
“ I’o Tommuane Bannang Pute Saramu, Melo Dicingga, Melo Dilango – Lango”, kata Makmun tegas dalam bahasa Mandar.
Arti secara sederhana pada kutipan pidato itu “Wahai, Kalian para lelaki Mandar, tulus niatmu dan siap menanggung resiko apapun dalam menegakkan kebenaran.
Pidato ini memberi semangat berlipat bagi para pemuda mahasiswa Mandar untuk terus berjuang, diakhir pidatonya Pak Makmun juga mengingatkan para pemuda mahasiswa untuk tetap tertib dalam berjuang.
Hampir dua tahun setelah peristiwa itu, Sulbar akhirnya resmi terbentuk.
Mendirikan Unsulbar
Tekadnya memajukan Sulawesi Barat sebagai provinsi baru diwujudkannya juga dengan menjadi salah satu pelopor terbentuknya Universitas Sulawesi Barat ( Unsulbar ), Saat baru dibentuk 2008 Unsulbar berstatus swasta dalam naungan Yayasan Pendidikan Indonesia Sulbar ( YAPISBAR ). Kelak pada tahun 2013, Unsulbar menjadi perguruan tinggi negeri (PTN) di Sulawesi Barat.
Prof. Makmun menyadari estafet perjuangan untuk mengisi Sulbar harus dibarengi dengan tersedianya Sumber Daya Manusia ( SDM ),
Dari kampus Unsulbar itu ia berharap kelak lahir genarasi pelanjut untuk berjuang memajukan Sulbar. Di Unsulbar, prof Makmun selain pendiri juga menjadi tenaga pengajar khususnya di program studi ilmu hukum.
Menjelang akhir hidupnya, ditengah kondisi sakit yang mendera, perhatian prof Makmun terhadap Sulbar tak pernah surut.
Saat ulang tahun Sulbar yang ke – 11 misalnya akhir tahun 2015, Prof Makmun dari atas tempat pembaringan masih menyempatkan diri untuk menulis surat tentang Sulbar, dalam surat berjudul “ Rawat Sulawesi Barat dan Sejahterakan Masyarakat” Ia mengingatkan semua pemangku kepentingan di Sulbar agar merawat daerah ini dengan penuh dedikasi dan keikhlasan, tidak justru untuk menumpuk kekayaan. Prof Makmun juga menyerukan persatuan tetap terjaga di Sulbar.
“Jaga terus semangat persatuan dan kesatuan, jangan jadikan politik untuk mencerai beraikan kita, sebaliknya dinamika politik kita jadikan rahmat untuk saling mendorong dan memajukan Sulawesi barat kita membutuhkan kondosi yang kondusif bagi percepatan terwujudnya kesejahteraan rakyat,” kata Makmun dalam suratnya tertanggal 22 September 2015.
Kini Prof. Makmun Hasanuddin telah mendahului kita semua, hidupnya yang dedikasikan untuk perjuangan kesejahteraan rakyat, dengan membentuk Sulbar dan Unsulbar Insya Allah akan bernilai ibadah disisi-Nya.
Kita semua berdoa Almarhum mendapat tempat terbaik disisi-Nya.
Warga Sulbar khususnya juga dituntut untuk terus merawat Sulbar sebagai pesan terakhir beliau, Selamat jalan prof….
Penulis : Farhanuddin
Dosen FISIP Unsulbar