“Program peremajaan akan diarahkan untuk meremajakan pohon sawit untuk 500 ribu hektar selama 3 tahun kedepan. Untuk ini, tengah dipersiapkan perbaikan pada prosedur dan tata kerja program peremajaan, termasuk alternatif untuk menggunakan pihak surveyor untuk melakukan verifikasi petani dan lahan yang akan didanai dengan dana peremajaan BPDPKS,” ujar Dono.
Ia menjelaskan, upaya ini akan didukung dengan konsolidasi data lahan dan produksi sawit, pendataan petani sawit rakyat, perbaikan tata kelola pasokan dari petani ke pabrik kelapa sawit, perbaikan infrastruktur logistik, serta penyediaan akses yang lebih luas kepada petani swadaya atas informasi yang penting untuk meningkatkan daya tawar petani swadaya dalam penjualan TBS dan hasil sawit lainnya.
“Dalam bidang penelitian dan pengembangan, BPDPKS mendorong riset yang tepat guna dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat, khususnya petani sawit,” sebut Dono.
Riset-riset tersebut, tambahnya, akan diarahkan untuk mempercepat proses hilirisasi produk sawit.
“Dengan riset-riset seperti ini, maka petani sawit dan industri sawit dapat meningkatkan nilai jual TBS produksi sawit yang selama ini hanya bersumber dari hasil CPO menjadi produk-produk turunan lainnya yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi,” ucap Dono.
Ia menerangkan, program ini juga memprioritaskan pengembangan pasar domestik untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap pasar global.
“Pengembangan SDM petani terus dilanjutkan untuk menciptakan petani dan pelaku industri yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang lebih tinggi sehingga dapat meningkatkan produktivitas industri sawit, baik di sektor hulu maupun hilir,” tutur Dono.
Untuk promosi, tukasnya, BPDPKS berkomitmen menyediakan dukungan dana untuk memperluas pasar ekspor, antara lain di negara China, India dan Pakistan.
“Pada pasar domestik, BPDPKS akan mendukung upaya untuk mengenalkan penggunaan sawit pada bidang kesehatan seperti penggunaan minyak goreng kemasan dan minyak sawit untuk pencegahan stunting,” tutup Dono.
Editor: Ilma Amelia