Abdul Kadir, wartawan harian Radar Sulbar melaporkan kejadian yang dialaminya dalam penyelenggaraan debat kandidat Pilkada Majene ke polisi. Kapolres perintahkan proses penegakan hukum dilakukan secara profesional.
Sabtu (17/10) sekira pukul 08.30, Kadir mendatangi Mapolres Majene untuk melaporkan kejadian yang dialaminya dalam tugas peliputan pada penyelenggaraan debat kandidat Pilkada Majene di Assamalewuang. Kadir melapor didampingi pimpinannya -Pemred Radar Sulbar- Ilham, Ketua AJI Kota Mandar yang juga Wapemred Radar Sulbar Sudirman Samuel, Ketua – Sekretaris JePA (Jejaring Pewarta Mandar) Ali Mukhtar – Rizaldy, wartawan Fajar Ilham, dan sejumlah wartawan dari berbagai media (nasional dan lokal) yang bertugas di Majene.
Laporan Kadir langsung diproses di ruang SPKT (Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu) oleh Bripka Hasbi. Setelah proses pelaporan selesai dilanjutkan ke proses pemeriksaan di Reskrim, sebelumnya dilakukan visum di RSUD Majene. Hasil visum sementara, Kadir mengalami trauma sepanjang 3 sentimeter di bagian kepala.
Sementara pemeriksaan berlangsung, Kapolres Majene AKBP Sonny Mahar B.A, SH,SIK, menerima para wartawan yang mendampingi Kadir melapor untuk membincang kejadian yang dialami Kadir. Dalam kesempatan itu Kapolres memerintahkan anggotanya agar pemeriksaan dilakukan secara profesional.
"Tangani kasus ini secara profesional, obkjektif, transparan, tidak ada yang ditutup-tutupi, kalau perlu semua yang diperiksa bersumpah menggunakan Al-Quran," perintah Kapolres.
Dalam perbincangan ini juga, Kapolres berkali-kali meminta maaf dan menyatakan tidak ada tujuan menghalang-halangi tugas wartawan tapi semata-mata alasan keamanan dan mengawal serta menegakkan aturan yang dikeluarkan KPU Majene. KPU hanya membiarkan 10 insan pers yang bisa meliput dengan cara mengeluarkan 10 kartu pers debat kandidat sebanyak 10 lembar.
Seperti diberitakan sebelumnya, Kadir mengaku dilarang meliput karena tidak memiliki Id Card debat kandidat yang dikeluarkan KPU. Saat negosiasi dengan petugas untuk dibiarkan masuk ke Assamalewuang Mandar Majene -tempat penyelenggaraan debat- untuk meliput, dua petugas menyeretnya keluar dan Kadir merasakan pukulan sebanyak dua kali dari arah belakang mengenai kepala.
Kadir memastikan pelaku pemukulan bukan petugas tapi orang yang mengenakan pakaian sipil. Kadir menduga pelaku pemukulan adalah simpatisan pasangan calon.
Simpatisan pasangan calon Pilkada Majene memang banyak yang berkerumun di sekitar pantai Tako Majene -depan Assamalewuang- karena tidak bisa masuk ruangan debat akibta pembatasan. Tapi selain simpatisan, banyak juga masyarakat non simpatisan datang bermaksud menyaksikan debat kandidat tapi ternyata hanya bisa melihat gedung Assamaleuang tanpa bisa mengakses debat kandidat.
Penyelenggaan debat kandidat saat ini jauh berbeda dari debat kandidat pada Pilkada Majene sebelumnya. Dulu ada 4 pasangan calon tapi debat kandidat lebih terbuka. Simpatisan dan masyarakat non simpatisan yang tidak bisa masuk karena terbatasnya daya tampung gedung, dapat menyaksikan debat di pelataran Assamalewuang melalui 4 layar televisi yang disiapkan panitia.(rizaldy)