
Sementara Asisten Deputi Telematika dan Utilitas Kemenko Perekonomian, Eddy Satriya menuturkan, arah kebijakan strategis yang disampaikan dalam buku putih tersebut menekankan pada pembangunan dan pemerataan infrastruktur digital untuk memacu tumbuhnya inovasi pada industri vertikal kreatif, serta pengembangan sumber daya di bidang TIK yang andal.
“Sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi digital terbesar di kawasan Asia Tengara, Indonesia diperkirakan akan menangguk pemasukan dari ekonomi internet hingga US$40 miliar di 2019, dengan rata-rata pertumbuhan diperkirakan mencapai 49% per tahunnya,” tukas Eddy.
Ia menerangkan, dengan jumlah pengguna internet yang mencapai 171 juta jiwa di 2019 (berdasarkan Survei APJII Indonesian Internet 2019), Indonesia juga menjadi negara terdepan dalam hal penetrasi digital di kawasan ini.
“Kebutuhan konektivitas teknologi broadband terkini seperti 5G, layanan wireless broadband di rumah-rumah dan UMKM, serta penggelaran fiber optik teknologi yang kokoh menjadi pondasi paling esensial dalam merancang pembangunan infrastruktur digital,” beber Eddy.
Ini, tambahnya, juga akan menjadi motor penggerak utama terjadinya digitalisasi yang mendorong tumbuhnya inklusivitas dan memupus kesenjangan digital di tanah air, efisiensi di segala sektor, serta inovasi-inovasi baru, sesuai dengan visi Presiden Joko Widodo untuk pembangunan berkelanjutan.
“Buku putih diharapkan dapat berkontribusi dalam mempercepat tersusunnya kebijakan dan regulasi yang efektif dan efisien seperti dalam menyiapkan penggantian UU No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi dan beberapa PP yang sudah ketinggalan zaman, juga dapat menjadi bahan riset untuk pengembangan telematika kedepannya,” ungkap Eddy.
Buku Putih ini berisikan enam bab yang terdiri dari: (1) Digital Economy Outlook; (2) Building Indonesia Digital; (3) Connectivity, ICT Infrastructure, and Big Data; (4) Regulation and Ecosystem; (5) Indonesia Sector Digitization; serta (6) Summary and Recommendation. (rilis Kemenko Perekonomian)
Editor: Ilma Amelia