Mamasa, mandarnews.com – Mahasiswa Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Negeri Makassar Jurusan Manajemen Jasa Wisata menikmati salah satu objek wisata di Kabupaten Mamasa. “Tourist Attraction Observation Mamasa Adventure” pun dipilih menjadi tema kunjungan mahasiswa Poltekpar Negeri Makassar yang dilakukan dari tanggal 24-27 Maret 2019.
Sebanyak 37 orang mahasiswa berkesempatan mengunjungi Mamasa kali ini ditambah dengan 2 orang dosen dan 3 orang vendor. Jadi, total semuanya berjumlah 42 orang.
Salah satu kegiatan yang dilakukan dalam kunjungan tersebut adalah mencoba wahana arung jeram di aliran Sungai Mamasa yang berada di perbatasan antara Desa Buntubuda dan Kelurahan Mamasa Kecamatan Mamasa.
“Kunjungan ini merupakan praktek pada objek-objek wisata yang ada di Kabupaten Mamasa,” ujar Ketua Jurusan Manajemen Jasa Wisata Poltekpar Negeri Makassar Wayan Suardana, Senin (25/3/2019).
Ia menjelaskan, untuk teori dilakukan di kampus, sedangkan prakteknya di objek-objek wisata atau destinasi wisata yang ada di Indonesia, salah satunya di Mamasa.
“Alasannya memilih praktek di Mamasa karena di sini ada bermacam – macam destinasi, salah satunya adalah destinasi arung jeram,” kata Wayan.
Di samping itu, arung jeram ini juga bisa dijadikan pilihan oleh tamu mancanegara jika ingin berkunjung ke Indonesia.
“Kegiatan ini tidak hanya dilakukan di Mamasa saja, tapi di Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan seluruh Indonesia,” sebut Wayan.
Ia menjabarkan tentang target pemerintah untuk mencapai 20 juta orang pengunjung mancanegara di tahun 2019 ini, dengan harapan devisa negara untuk Indonesia bisa mencapai Rp380 trilliun.
“Semoga kedepannya pendapatan pariwisata bisa jadi pendapatan tertinggi di Indonesia setelah pendapatan dari pajak,” harap Wayan.
Untuk itu, perlu dipersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang pariwisata yang bisa melayani tamu mancanegara dengan profesional, apalagi sekarang Menteri Pariwisata berencana membuka 10 destinasi baru.
Salah satu mahasiswa bernama Muhammad Rizqul Aksar Yusuf mengatakan, untuk objek wisata arung jeram tersebut secara umum sudah bagus, namun akses jalan masih kurang memadai.
“Kalau untuk standar wisata bagus, tapi jika mau undang orang luar dari Eropa dan sebagainya, mungkin sangat kurang untuk destinasi yang ada di sini. Jadi, masih perlu dikembangkan,” tutur Muhammad Rizqul.
Lebih jauh ia menambahkan, udara di Mamasa terasa segar, hampir mirip dengan objek wisata Malino di Sulawesi Selatan. Namun, Mamasa lebih berhawa dingin dan hampir seperti di Toraja.
“Tapi ternyata banyak perbedaan antara Mamasa dan Toraja karena Mamasa memiliki penduduk yang rata-rata ramah,” tukas Muhammad Rizqul.
Ia juga berharap objek wisata di Mamasa bisa lebih ditingkatkan lagi, apalagi Mamasa sudah dikenal di dunia lewat kopinya dan beraneka ragam bunga yang ada di Mamasa. (MG-2)