
Proses pelarungan balasuji berisi makanan ke laut.
Wonomulyo, mandarnews.com – Warga Dusun Mampie Desa Galeso Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polewali Mandar sebagai masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir pantai memiliki cara unik untuk mengungkapkan rasa syukurnya, yaitu dengan mappande sasiq, jika diterjemahkan ke Bahasa Indonesia maknanya kira-kira memberi makan kepada laut.
Makanan yang dimaksud adalah empat macam beras ketan, telur ayam, dan ayam hidup yang disimpan di atas balasuji. Balasuji sendiri adalah sebuah wadah berbentuk segi empat yang terbuat dari bambu.

Proses mappande sasiq yang dilakukan warga pada Senin (21/1/2019) dimulai dengan pembacaan doa keselamatan oleh tetua kampung agar Yang Maha Kuasa menjauhkan bencana dari kampung.
Setelah doa selesai dipanjatkan, balasuji yang berisi makanan kemudian dilarung ke laut. Warga pun meramaikan ritual tersebut dengan acara makan bersama.
Muhammad Yusri, salah satu warga kepada mandarnews.com menuturkan, ritual mappande sasiq merupakan kegiatan tahunan yang dilakukan oleh warga Mampie sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah atas limpahan rezekinya pada masyarakat nelayan dan petani tambak.
“Acara ini juga dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai ajang untuk mempererat silturahim yang biasa disebut tudang sipulung oleh masyarakat setempat,” ujar Muhammad Yusri.
Kata pendiri komunitas Sahabat Penyu ini, pada kegiatan seperti itu warga biasanya membahas tentang permasalahan yang dihadapi kampung guna mencarikan solusi terbaik, contohnya abrasi yang terus melanda Mampie sampai saat ini.
“Adapun ritual mappande sasiq merupakan simbol tradisi, bukan sebagai bentuk persembahan, melainkan hanya untuk menjaga tradisi yang telah turun-menurun dilakukan,” tukas Muhammad Yusri.
Menurut salah satu sejarawan Mandar Muhammad Munir, mappande sasiq adalah ritual syukuran bagi masyarakat pesisir.
“Mappande sasiq bukan pemujaan terhadap dewa laut kendati ritual ini memang prosesi pemujaan ketika Islam belum masuk di Mandar,” jelas Muhammad Munir.
Setelah Islam masuk dan berkembang di Mandar, lanjutnya, mappande sasiq bergeser tujuannya menjadi hanya ungkapan rasa syukur saja.
“Prosesnya seperti syukuran biasa, diawali dengan doa lalu menghanyutkan barakkaq ke laut. Setelah itu mereka mandi dan makan bersama layaknya pesta nelayan,” kata sejarawan yang juga penulis buku ini.
Reporter : Ilma Amelia