
Laskar To Paduli menjemput sampah masyarakat Cilallang dari rumah ke rumah
Majene, mandarnews.com -Sampah pastilah akan menjadi persoalan yang tidak ada ujungnya. Perilaku hidup manusia sebagai pelaku atau penghasil sampah tidak pernah berakhir. Sebab, manusia hidup senantiasa berproduksi dan mengkonsumsi. Oleh karena itu mereka tentunya senantiasa menghasilkan sampah, limbah, dan lain sebagainya. Dengan perkataan lain, sampah ialah sesuatu yang niscaya selama manusia hidup. Apakah ada sampah sebelum hadirnya manusia?

Namun kita tidak perlu terlalu risau akan hal itu. Di Lingkungan Cilallang (Kelurahan Pangali-ali), misalnya, kita bisa ambil contoh terkait penanganan sampah. Di sana terdapat kelompok yang peduli terhadap persampahan, yaitu To Paduli Sampah.
Kita memang tidak dapat bergantung sepenuhnya kepada mereka untuk menangani persampahan secara keseluruhan. Sebaiknya kita sendiri sadar bahwa betapa pentingnya menjaga lingkungan agar tetap sehat dan layak huni. Akan tetapi To Paduli Sampah setidak-tidaknya menjadi contoh. Mereka ini mengurangi sedikit kalau belum bisa dibilang separuh persoalan sampah di lingkungannya.
Ari Sandy selaku ketua komunitas tersebut di atas mengatakan, dalam seminggunya To Paduli Sampah melakukan pengangkutan sampah dari rumah ke rumah sebanyak tiga sampai empat kali. To Paduli Sampah saat ini mempunyai wilayah operasi hanya di sekitar Lingkungan Cilallang saja.
“Kami tidak memiliki peralatan canggih. Kami selama ini menggunakan gerobak dorong bersama anak-anak,” kata Ari, Jumat 27 Juli 2018.
To Paduli Sampah beranggotakan lima belas orang personil. Tiga orang dewasa, dan selebihnya anak-anak berjumlah dua belas orang.
Ari Sandy mengungkapkan bahwa gerakan yang dilakukannya murni kepedulian. Walaupun demikian tidak sedikit masyarakat Cilallang yang memberi rupiah seikhlas mereka bagi laskar To Paduli Sampah itu ketika sedang beroperasi mengangkut sampah.
“Kami hanya ingin mengajarkan masyarakat untuk hidup sehat dengan tidak membuang sampah sembarangan yang bisa merusak lingkungan,” tutur Ari mengutarakan maksud gerakan sosialnya.
To Paduli lahir pada tanggal 31 Juli 2017. Tinggal menghitung jari lagi akan berulang tahun untuk yang pertama kalinya.
Sebenarnya mereka bergerak di dua bidang, yakni persampahan dan literasi. Selain adanya To Paduli Sampah, juga ada To Paduli Pustaka. Namun personilnya sama saja baik yang bergerak di bidang persampahan maupun literasi.
Khusus To Paduli Sampah hanya beroperasi di sekitaran Lingkungan Cilallang saja, sementara itu To Paduli Pustaka bergerak di sekelurahan Pangali-ali bahkan sering keliling kota Majene untuk melapak buku-bukunya di tempat-tempat keramaian.
“Kami memberdayakan anak-anak dengan tujuan memberikan pelajaran bagi mereka untuk mencintai dan menjaga lingkungan,” tutupnya.(najib)