Markus “petani nakal” dari Mamasa
Lahir Ulumambi 1952, Markus atau akrab disapa Bapak Rara’ sejak Tahun 2004 menekuni budidaya holtikultura hingga mendirikan ‘Kios Hijau’ dilahan seluas satu hektar bersama istrinya, Paulina di Desa Taupe yang kini dijuluki “Petani Nakal” dari sejumlah varietas tanaman yang ditemukan sendiri.
Berawal dari sebuah cerita dari rekan saya, Reski Masran yang merupakan salah-satu penggiat tani di Kabupaten Mamasa. Pagi itu usai menyeruput secangkir kopi dan sebatang gulungan tembau dikediamannya, tepat pukul 08.37 WITA, Rabu (29/7/2020) roda dua kami pacu dari Dusun Kampung Baru, Desa Buntubuda menuju Desa Taupe guna mengunjungi lokasi perkebunan holtikultura milik Markus atau sering dikenal “Petani Nakal”.
Kadang melintas diatas beton sekitar empat meter luasnya yang dibangun sejak Tahun 2018 dan beton berjalur dua begitulah sensasi diatas kendaraan roda dua saat melaju diatas beton yang mulai terkelupas entah faktor alam ataukah faktor-faktor lain yang belum diketahui penyebabnya.
Sekitar 5 kilo meter jarak dari Pusat Kota Mamasa menuju Desa Taupe dengan kondisi jalan sekitar 2 kilo meter lebih telah dibeton dan sekitar dua kilo meter lebih masih pada tahap pengerasan bahkan wilayah desa tersebut terletak di sebelah Utara Kota Mamasa yang berbatasan langsung Kecamatan Bambang, merupakan gambaran geografis wilayah yang kami kunjungi bersama Reski Masran dan Pampang Tiku yang juga warga asli Desa Taupe.
Angin segar di pagi itu masih menemani sepanjang perjalanan dan tepat pukul 08.53 atau sekitar 16 menit, roda dua yang kami gunakan telah sampai dihalaman rumah, Markus namun terlihat sepi bagaikan isyarat bahwa petani masih diladang ketika matahari masih bersahabat.
Tepat di pusat pemukiman warga Desa Taupe disekitar pekarangan rumah, begitulah gambaran letak perkebunan, Markus yang terlihat dari kejauhan tampak sibuk membersihkan bedengan yang dipersiapkan sebagai wadah tanam holtikultura bersama dua buruh tani lainnya.