Meskipun setiap waktu berhadapan dengan jadwal yang sangat padat sebagai pemula dalam karirnya, namun kepeduliannya untuk berkontribusi sebagai seorang anak muda Mamasa terhadap daerahnya melalui hal-hal kecil yang berdampak pada masyarakat tetap menjadi salah satu fokus utama Marsel.
“Saya bermimpi, suatu waktu orang Mamasa hanya minum kopi Mamasa, bukan kopi dari luar. Bicara soal perhatian dan kecintaan, tidak cukup dengan retorika semata tapi harus punya bukti, sehingga ini bentuk kontribusi saya kepada masyarakat dan Mamasa,” tukas Marsel.
Saat ini, tambahnya, Kopi Aroma Desa sedang berproses dan berupaya mengisi kios-kios hingga merambah ke toko-toko di Mamasa.
“Sudah banyak permintaan dari Yogyakarta dan Jakarta dari yang sudah telanjur mencicipi dan jatuh cinta terhadap rasa dan aromanya yang memiliki ciri khas tersendiri,” beber Marsel.
Ia berpesan untuk konsentrasi pada pengembangan diri, baik dari segi produksi dan pasaran, serta hubungan yang saling menguntungkan bagi petani.
Yang tak kalah penting adalah tetap membuka diri untuk masukan dan saran dari semua pihak, khususnya para petani, penikmat kopi, pemerintah, dan masyarakat umum demi tercapainya cita-cita bersama. (Hapri Nelpan)
Editor: Ilma Amelia