Suasana diskusi publik di warung kop
Polewali, mandarnews.com – Memperingati Hari Kesetiakawanan Sosial yang jatuh pada tanggal 20 Desember kemarin, Institute of Research and Democracy (IRD) menghelat diskusi publik yang mengupas tentang kesetiakawanan sosial, Jumat (21/12/2018).
Dengan mengusung tema “Membangun Semangat Kesetiakawanan Sosial Perekat Bangsa dan Meredam Potensi Konflik SARA”, diskusi publik ini menghadirkan Wakil Kepala Kepolisian Resor (Wakapolres) Polewali Mandar Komisaris Polisi (Kompol) Mihardi, Wakil Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Muhammad Arsyad, Sekretaris Pengurus Pemuda Muhammadiyah Polewali Mandar Trisno Apri Nugroho, dan Ketua Gerakan Pemuda Ansor Polewali Mandar Busrah Baharuddin sebagai pembicara.
Untuk menghadirkan suasana diskusi yang santai dan tidak kaku, Warung Kopi Raja yang terletak di Jalan Stadion Kelurahan Madatte Kecamatan Polewali Kabupaten Polewali Mandar pun menjadi pilihan.
Diskusi publik ini dihadiri oleh beberapa organisasi mahasiswa dan kepemudaan di Polewali Mandar, seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Polewali Mandar.
“Kita berharap kegiatan ini dapat menumbuhkan sekaligus memperkokoh semangat kebersamaan dan rela berkorban tanpa pamrih dalam mengatasi masalah perbedaan pandangan agama dan politik yang akhir-akhir ini dapat menyebabkan disharmonisasi kehidupan sosial kita bersama,” ujar Direktur IRD Munawir Arifin.
Seketaris PP Muhammadiyah Trisno Apri Nugroho didaulat menjadi pembicara pertama dan membicarakan tentang Islam Berkemajuan dalam Membangun Bangsa dan Negara.
“Jika kita berbicara tentang toleransi maka contoh Nabi Muhammad yang menyuapi seorang Yahudi buta adalah contoh terbaik. Pertanyaannya sekarang, apakah masih ada yang seperti itu sekarang? Jika memang di daerah lain tidak ada, di Polman mesti ada,” kata Trisno.
Garis-garis besar manusia, lanjutnya, adalah sebagai makhluk yang mendamaikan pertikaian di antara sesamanya.
Setelah Trisno, Wakapolres Polewali Mandar Kompol Mihardi kemudian menjelaskan tentang Desain Pengendalian dan Pengamanan Natal dan Tahun Baru.
Menurut Wakapolres Kompol Mihardi, makna keamanan berdasarkan kepolisian mencakup tiga hal, yaitu aman, sehat, dan selamat.
“Salah satu ancaman terbesar bagi negara adalah terorisme. Namun, ada aksi terorisme kecil-kecilan yang sering terjadi pada saat pelaksanaan ibadah, yaitu pencurian helm dan pencurian motor,” sebut Wakapolres Kompol Mihardi.
Pembicara selanjutnya adalah Ketua GP Ansor Polewali Mandar Busrah Baharuddin, materi tentang Ukhuwah Wathaniyah sebagai Pemersatu Bangsa pun dibawakan dengan selipan humor yang mengundang tawa peserta yang hadir.
“Indonesia dijadikan kiblat oleh ulama-ulama dunia dalam hal toleransi karena keadaan kita masih lebih baik jika dibandingkan dengan negara-negara mayoritas Islam di Timur Tengah yang senantiasa bertikai,” tukas Busrah.
Ia membeberkan, tantangan dalam kesetiakawanan sosial saat ini adalah adanya kelompok yang tidak bisa menerima perbedaan dan adanya kelompok yang memaksakan tatanan negara menjadi tatanan khilafah.
Wakil Ketua FKUB Polewali Mandar Muhammad Arsyad didapuk jadi pembicara penutup. Ia membawakan materi Dakwah sebagai Media Membangun Harmonisasi Membangun Umat Beragama.
“Intinya dakwah adalah ajakan, ajakan kepada hal yang baik. Tidak ada yang salah dengan dakwah, yang salah adalah pendakwahnya. Tidak mesti kita mengajak dengan cara memaksa, dengan cara kekerasan,” ujar Muhammad Arsyad.
Ia menegaskan, jika ada yang ingin mengganti konsep negara demokrasi yang telah tercetus menjadi bentuk negara yang lain, maka itu adalah musuh bersama.
Reporter : Ilma Amelia