
Pasutri Hatta dan Harda sedang membuat gula aren, Minggu (10/5). Foto: Haslan
Sendana, mandarnews.com – Pembuatan gula aren sudah menjadi pekerjaan yang sudah puluhan tahun digandrungi pasangan suami istri (pasutri) warga dusun Lalodo Desa Kalumammang Kecamatan Alu Kabupaten Polewali Mandar, Hatta (49) dan Harda (47).
Setiap pagi dan sore Hatta sang suami akan mengambil hasil penyadapan sari aren. Jika menyadap dilakukan pagi hari maka hasilnya akan diambil sore hari, begitupun sebaliknya.
Menurut Hatta dalam satu pohon akan disadap maksimal hingga tiga mata penyadapan, jika pohon aren tersebut subur.
“Saya saat ini mengelola tujuh pohon aren, dan paling banyak dalam satu pohon, sari aren yang dikelola tiga sumber sari aren,” jelas Hatta, saat dikunjungi dirumahnya, Minggu (10/05)
Dalam satu wadah sari aren yang terbuat dari bambu besar akan menghasilkan satu hingga dua bungkus gula aren, dimana pembukusnya terbuat dari daun pisang kering, dan dalam satu bungkusan ada dua gula aren yang telah dicetak.
Proses pembuatan gula aren sendiri direbus hingga mendidih dengan terus diaduk sampai mengental. Proses prebusan memakan waktu berjam-jam. Setelah proses perebusan selesai, adonan gula aren langsung dituang ke wadah cetakan khusus.
Sedangkan Harda, sang isteri menjelaskan, setiap harinya ia bersama suami mampumenghasilkan tujuh hingga sembilan bungkus gula yang siap dijual. Pasutri ini tak perlu repot mencar pembeli karena biasanya sebelum dimasak, pemesan sudah ada.
“Gula arennya pasti laku terjual karena pembeli sudah pesan memang, dan saat ini kami menghargai gula aren kami sepuluh ribu rupiah perbungkus,” tutup Harda. (Haslan)