Nelayan asal Kampung Baru, Luaor, Kecamatan Pamboang menemukan sebuah kapal bernama Mina Bahari 04 di sekitar perairan Pamboang, Kamis (24/3/2016) kemarin. Kapal yang berkapasitas 13 GT tersebut ditemukan sekitar 25 mil dari bibir pantai.
Menurut nelayan yang menemukan kapal tersebut, As’ap, kapal tersebut ditemukan saat ia bersama sejumlah rekannya sedang mencari ikan. Awalnya ia curiga karena kapal yang berwarna putih dan biru tersebut terbawa arus.
"Setelah kuperiksa ternyata tidak ada orang. Jadi saya panggil teman saya, Ali, Solle dan Pua Okkang untuk bersama memeriksa kapal itu," kata As’ap saat ditemui dirumahnya, Jum’at (25/3/2016).
Lantaran kapal tersebut tanpa Anak Buah Kapal (ABK) dan berpotensi terbawa arus hingga Makassar, ia pun bersama ke tiga rekannya membawa kapal tersebut kedaratan untuk diselamatkan.
"Kami ikat pakai tali. Kemudian kami tarik pantai menggunakan empat perahu katinting," katanya.
Upaya penyelamatan kapal menemui kendala. Pasalnya, upaya tersebut dihadang cuaca buruk, anging kencang dan hujan deras. Perjalanan pun memakan waktu lama, kapal tersebut ditarik mulai dari pukul 08.00 wita hingga tiba di pantai Luaor pukul 14.00 wita.
"Saat mendekati pantai, kami kemudian panggil warga lainnya yang berjumlah 10 untuk menarik kapal itu ke pantai," jelasnya.
As’ap bersama rekannya kemudian melaporkan penemuan kapal tersebut kepada salah satu kerabat As’ap yang punya kenalan di Dinas Kelautan dan Perikana Majene. Alhasil, setelah informasi beredar, pemilik kapal tersebut yang berasal dari Polewali Mandar datang di rumah, Jum’at (25/3/2016) As’ap berniat untuk mengambil kapal tersebut.
Namun, upaya pemilik kapal tersebut menemui kendala. Pasalnya, nelayan yang menyelamatkan kapal tersebut tidak bersedia untuk memberikan.
"Masa uang bensin dan biaya pengganti karena kami tidak jadi mencari ikan hanya dihargai Rp. 100 ribu per kepala. Itu tidak manusiawi sekali, bensin saja habis 15 liter," keluh As’ap.
Tak sampai disitu, As’ap bersama rekannya semakin kecewa kepada pemilik kapal. Saat datang dirumahnya, pemilik kapal tersebut bersama satu anggota TNI berseragam lengkap. As’ap mengaku diancam agar bersedia memberikan kapal tersebut.
"Seandainya saya tahu begini saya tidak selamatkan itu kapal. Saya sangat menyesal karena diperlakukan seperti ini. Saya diancam-ancam, masalahnya akan berbuntut panjang kalau tidak diserahkan. Mereka telepon sana-sini, telepon kepala ini, kepala itu.Tidak usah bawa-bawa petugas, saya ini bukan pencuri. Niat kami hanya untuk menyelamatkan," cerita As’ap.
Menurut As’ap, pemilik kapal tersebut datang bersama salah satu anggota TNI dan sejumlah nelayan dari Para’baya, Kecamatan Tubo Sendana. Nelayan dari Para’baya tersebut juga sempat menyelamatkan kapal tersebut namun dilepaskan ditengah laut karena cuaca buruk.
"Kami suruh mereka kembali nanti. Kalau uang pengganti sudah sesuai yang kami harapkan kami akan serahkan," pintanya.
Saat ditemukan terombang-ambing di tengah laut, beberapa peralatan dalam kapal sudah hilang. Diantaranya, alat navigasi satelit kapal, aki dan tangki solar dalam keadaan kosong.
Hingga saat ini, belum diketahui penyebab kapal tersebut berada di lautan dalam kondisi tanpa ABK. Selain itu, belum ada konfirmasi terhadap pemilik kapal yang dituding mengancam bersama salah satu oknum TNI. (Irwan)