Warga menaiki Pattoyang Roeng
Majene, mandarnews.com – Ada yang unik dari acara pernikahan di Lingkungan Buttu Tande Kelurahan Tande, Kecamatan Banggae Timur, Kabupaten Majene. Pasalnya, hajatan tersebut dimeriahkan dengan acara Pattoyang Roeng (Ayunan Raksasa).
Acara Pattoyang Roeng diadakan oleh salah satu pengantin baru, yakni Abdul Hamid, mempelai laki-laki dari Buttu Tande dan Rapika, mempelai wanita dari Rusung.
Menurut salah satu sesepuh yang ada di Lingkungan Buttu Tande, Zainuddin, Pattoyang Roeng’ tersebut seringkali diadakan di tempatnya setiap ada acara pernikahan, tetapi yang mengadakan harus keturunan dari yang telah melakukan hal serupa sebelumnya.
“Ini adalah salah satu kegiatan turun temurun dari nenek moyang kami yang mungkin telah berjalan 100 tahun lamanya. Namun, yang mengadakan tidak boleh sembarang orang, harus yang betul-betul mempunyai keturunan, sejak dulu nenek-neneknya melakukan hal seperti ini,” ucap Zainuddin, Sabtu (21/12/2019).
Zainuddin menceritakan, dahulu ada kejadian yang membuat salah satu warga Buttu Tande gila. Menurut kepercayaan warga sekitar, sebabnya karena tidak melakukan kegiatan Mettoyang atau berayun ( yang saat ini disebut Pattoyang Roeng).
“Warga tersebut kemudian dipasung. Setelah dipasung beberapa bulan, ada salah satu orang tua di sini yang mengatakan bahwa orang ini perlu melakukan Mettoyang (berayun) dan setelah dibikinkan ayunan dan diayunkan, seketika langsung sembuh dan waras kembali,” ujar Zainuddin.
Ia menjelaskan, sebelum dinamakan Pattoyang Roeng, bentuknya hanya berupa satu ayunan saja. Namun mengikuti perkembangan zaman, ayunan yang tadinya hanya untuk satu orang kini menjadi beberapa orang dan disebut Pattoyang Roeng.
“Orang yang pertama kali naik ke ayunan raksasa itu harus pengantin baru yang didahului ritual yang biasa disebut Meci’bo atau Maco’bo (berupa pemberian tanda berwarna emas yang terdiri dari beberapa sajian dan bercampur dengan emas asli, lalu ditempelkan di tengah dahi dan di kedua pelipis),” kata Zainuddin.
Alasan pengantin baru yang harus menaiki pertama kali Ayunan Raksasa itu, lanjutnya, sebagai simbol bahwa baik laki-laki atau wanita tersebut sudah resmi masuk dalam rumpun keluarga yang ada di Buttu Tande.