
Benda pusaka To Dzilaling, lanjutnya, semuanya diatas 800 tahun jika dirujuk dari kelahiran To Dzilaling yang telah berusia lebih 800 tahun saat ini.
“Sarung pusaka yang berlapiskan emas dan terdapat aksara Al-Qur’an itu sebenarnya tidak ada semasa kepemilikan oleh To Dzilaling,” sebut Dasri.
Ia menerangkan, kemungkinan emas dan aksara ini ada pada zaman kejayaan Raja ke-4 Balanipa, yakni I Daengta, Raja Balanipa yang pertama kali memeluk agama Islam, cucu dari To Dzilaling.
“Aksara Al-Qur’an yang terdapat pada pusaka Pasa’ Tippo itu bertuliskan Raja dan doa keselamatan yang digunakan saat ingin berperang. Saya pernah juga melihat tulisan pada pusaka ini sama dengan tulisan di bendera Kerajaan Balanipa,” ucap Dasri.
Sedangkan Pundo’bulo To Dzilaling, tambahnya, menggunakan gagang sama dengan bentuk gagang pusaka yang dimiliki oleh Raja Gowa, yakni Sultan Hasanuddin.
“Gagangnya berbentuk patabe’ yang bermakna perdamaian. Sebelum perang itu, kalau bisa lewat jalur perdamaian, ya berdamai, kalau memangnya tidak bisa ya terpaksa perang. Ini barang tidak sembarang yang bisa memiliki, khusus raja-raja saja, makanya kalau ada daerah yang terdapat seperti ini, maka bisa dibilang daerah itu pernah menjadi kerajaan besar,” tutur Dasri.
Puang Zilah, salah seorang keturunan To Dzilaling membeberkan, Raja Balanipa pertama tersebut memang dulunya dikenal sakti.
“Ketika ingin berperang, To Dzilaling berbicara dengan para pusakanya dan pusakanya sering meminta dibawa berperang,” tukas Puang Zilah.
Ia menjabarkan, pusaka To Dzilaling dibersihkan setiap satu tahun sekali, tepatnya pada bulan Muharram layaknya pembersihan pusaka di Tanah Mandar, yakni menggunakan jeruk dan minyak sebagai pengharum, tetapi sebelumnya dilakukan upacara dan biasanya meminta izin kepada besi atau dipakaraya’.
“Tempat pembersihan pusaka tidak ditetapkan, dimana pusaka itu berada maka disitulah kita melakukan pembersihan karena kalau di Kerajaan Balanipa tidak ada istilah istana tunggal, setiap jadi raja rumahnya jadi istana,” ungkap Puang Zilah.
Menurutnya, salah besar jika ada yang berpendapat bahwa pusaka To Dzilaling itu tidak ada, semuanya sudah masuk dalam liang lahat.
Selain dua pusaka To Dzilaling, pengunjung juga meminati pusaka berlapis emas milik Raja Alu yang diperlihatkan oleh Andi Hisbullah Masdar. (Putra)
Editor: Ilma Amelia