
Forecaster BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Tampa Padang Abid Andhika Juharsa saat menjelaskan indeks sinar ultraviolet dan suhu di Majene.
Majene, mandarnews.com – Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kelas II Tampa Padang merilis indeks paparan sinar ultraviolet (UV) di Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) yang masuk dalam kategori ekstrem.
Abid Andhika Juharsa selaku forecaster BMKG menyebutkan bahwa paparan sinar UV di Majene masuk dalam kategori risiko bahaya sangat ekstrem dan biasanya terjadi pada sekitar pukul 11:00 Wita.
Dengan kondisi ini, Abid mengatakan ada beberapa imbauan yang dirilis oleh BMKG yakni menghindari paparan sinar matahari antara pukul 10:00 pagi hingga 16:00 Wita sore, tetap di tempat teduh pada saat matahari terik siang hari, dan menggunakan pakaian pelindung matahari seperti topi lebar dan kacamata hitam yang menghalangi sinar UV pada saat berada di luar ruangan.
“Oleskan cairan pelembab tabir surya SPF 30+ setiap 2 jam, bahkan pada hari berawan setelah berenang atau berkeringat. Biasanya pada permukaan yang cerah seperti pasir, air, akan meningkatkan paparan UV,” jelas Abid, Kamis (27/4).
Berbeda dengan sinar UV, Abid menyebutkan bahwa suhu maksimum di Majene dan umumnya Sulbar masih tergolong normal.
“Terhitung empat hari ke belakang suhu maksimum di wilayah Majene tembus 33 derajat celcius, tapi ini masih tergolong normal. Jadi, memang panas tetapi tergolong normal,” ujar Abid.
Menurut Abid, kondisi suhu baru dapat dikatakan berada pada tingkatan ekstrem setelah melebihi 36 derajat celsius.
Lebih jauh Abid menjelaskan, adapun penyebab sehingga suhu terasa begitu panas saat ini karena masuk pada musim peralihan.
“Memang saat ini tubuh kita bisa dikatakan masih dalam proses berdaptasi sehingga terasa panas karena ini memang masuk musim peralihan atau pancaroba dari musim hujan ke musim kemarau dan biasanya memang terjadi pada bulan Maret April Mei (MAM),” tandas Abid.
Ia menyampaikan, beda halnya dengan di Cilacap dan Tangerang (Ciputang) yang tembus 37 derajat celsius dan memang sudah masuk kategori ekstrem.
“Tapi tidak masuk dalam gelombang panas seperti yang terjadi di India karena baru dapat dikatakan gelombang panas ketika suhu ekstrem bertahan hingga lima hari sementara di Ciputang hanya sehari saja,” kata Abid.
Ia pun mengimbau agar sebaiknya masyarakat terus meng-update informasi dari BMKG dan tidak memercayai berita-berita hoaks karena kondisi ini terjadi setiap tahun pada musim peralihan dari penghujan ke kemarau. (Mutawakkir Saputra)
Editor: Ilma Amelia