Pdt. Frans
Mamasa, mandarnews.com – Kendati hanya mengandalkan sekop, cangkul, dan linggis, Pdt. Frans Artha Sasta mengubah sebuah lembah buta menjadi lembah dengan sejumlah kegiatan usaha dan diberi nama Lembah Harapan.
Pembukaan lahan tersebut dimulai sejak tahun 2015, tahun 2016 kembali dilakukan perbaikan lahan yang berawal dari pendirian tenda-tenda, lalu pada tahun 2017, beberapa bangunan mulai didirikan, seperti warung dan penginapan.
Kegiatan tersebut awalnya dilakukan Pdt. Frans bersama sejumlah anak asuhnya dengan tujuan memberikan kegiatan tambahan bagi setiap anak guna membiasakan diri dengan pekerjaan.
Namun, lembah tersebut mulai berbentuk dan memiliki peluang untuk mengembangkan beberapa kegiatan usaha karena berada tepat di tepi Jalan Poros Polewali-Mamasa Desa Mesakada, Kecamatan Tandukkalua, Kabupaten Mamasa.
Setelah melakukan penataan lahan, pria kelahiran 1975 tersebut menjalankan beberapa usaha, yakni warung makan, budidaya ikan, dan pembuatan kerajinan pot bunga dari bahan dasar limbah kain.
Kegiatan budidaya ikan koi yang dijalankan dinilai cukup menjanjikan, dimana setiap induk ikan koi dengan bobot 1 kilogram mampu menghasilkan telur berkisar 80.000-100.000 butir.
Jika telur menetas dan menghasilkan bibit, tiap bibit dapat dijual Rp 5.000 sampai puluhan ribu rupiah, tergantung motif ikan tersebut.
“Usaha bibit ikan koi yang dijalankan saat ini bekerjasama dengan Balai Benih Ikan (BBI) Tamalantik milik Dinas Perikanan Kabupaten Mamasa dengan sistem bagi hasil,” ujar Pdt. Frans, Sabtu (24/8/2019).
Sementara untuk usaha kerajinan pot bunga dengan bahan dasar limbah kain, lanjutnya, usaha binaannya telah mewakili Desa Mesakada dalam perlombaan kerajinan tangan dan dapat dijual Rp 100.000-250.000.