Polewali, mandarnews.com – Tak dapat dipungkiri jika kegiatan berinternet ria dewasa ini senantiasa dihantui oleh serbuan berita bohong atau kabar palsu yang lebih dikenal dengan nama hoaks.
Serangan hoaks tidak hanya mencengkeram daerah tertentu di Indonesia. Bisa dikatakan hoaks berupaya menyusup di seluruh wilayah tanah air, tak terkecuali di Polewali Mandar.
Hoaks paling menggemparkan yang pernah melanda masyarakat Polewali Mandar adalah hoaks mengenai akan adanya gempa dan tsunami susulan pasca bencana alam gempa, tsunami, dan likuifaksi di Palu, Sigi, dan Donggala akhir September 2018 lalu.
Kekuatan memengaruhi hoaks tidak bisa dianggap main-main. Hal ini terbukti dari banyaknya warga Polewali Mandar yang saat itu mengungsi karena termakan oleh hoaks tersebut, bahkan beberapa sekolah sampai meliburkan siswanya.
Untuk memerangi serangan hoaks yang kian gencar terutama menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 mendatang, Dinas Komunikasi, Informasi, dan Persandian (Diskominfo SP) Kabupaten Polewali Mandar telah dan akan melakukan beberapa upaya.
“Untuk melawan hoaks kami telah mlakukan kegiatan Polman Bebas Hoaks pada akhir tahun 2018 kemarin,” ujar Kepala Dinas (Kadis) Kominfo SP Polewali Mandar I Nengah Tri Sumadana kepada mandarnews.com, Kamis (7/3/2019).
Sedangkan di tahun 2019 ini, Diskominfo SP Polewali Mandar telah mengagendakan beberapa program dalam kaitannya dengan perang melawan hoaks ini.
“Kita telah menjalin kerjasama dengan Polres Polman untuk sosialisasi melawan hoaks, menguatkan koordinasi info publik dan kehumasan di internal Pemda, dan meningkatkan kualitas penyebarluasan informasi pemerintahan dan pembangunan,” kata I Nengah Tri Sumadana.
Adapun program yang tengah diupayakan di tahun ini adalah program Polman Satu Data, mengintegrasikan website Pemda dengan seluruh perangkat daerah, penguatan Pusat Pelayanan Informasi Daerah (PPID), serta penguatan pemanfaatan aplikasi Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat (LAPOR).
Soal urgensi penyebaran hoaks di Polewali Mandar, I Nengah Tri Sumadana menyebutkan tarafnya belum sampai pada tingkat berbahaya.
“Belum sampai berbahaya. Di medsos, kami lihat relatif tidak ada indikasi hoaks terkait Polman,” tukas I Nengah Tri Sumadana.
Dalam pers rilisnya kemarin, Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemkominfo) Republik Indonesia menyebutkan telah berhasil mengidentifikasi 771 hoaks sejak Agustus 2018 hingga Februari 2019.
Ratusan hoaks yang berhasil diidentifikasi ini merupakan hasil kerja keras tim AIS Kemkominfo yang dibentuk pada Januari 2018. Tugasnya adalah untuk melakukan pengaisan terhadap seluruh konten internet yang beredar di cyber space Indonesia. Tim AIS berjumlah 100 personil yang didukung oleh mesin AIS yang bekerja 24 jam, 7 hari seminggu tanpa henti.
“Jumlah konten hoaks yang beredar terus meningkat dari bulan ke bulan. Di bulan Agustus 2018, hanya 25 informasi hoaks yg diidentifikasi oleh Tim AIS Subdit Pengendalian Konten Ditjen Aplikasi Informatika,” beber Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Biro Hubungan Masyarakat Kemkominfo RI Ferdinandus Setu.
Di September 2018, jumlah tersebut menjadi 27 hoaks, sementara di Oktober dan November 2018 masing-masing di angka 53 dan 63 hoaks. Di bulan Desember 2018, jumlah hoaks terus naik hingga mencapai angka 75 konten.
“Peningkatan jumlah konten hoaks sangat signifikan terjadi pada bulan Januari dan Februari 2019. Sebanyak 175 konten hoaks yang berhasil diverifikasi oleh Tim AIS Kemkominfo. Angka ini kemudian naik dua kali lipat di Februari 2019 menjadi 353 konten hoaks,” tutur Ferdinandus Setu.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 181 konten hoaks terkait isu politik, baik hoaks yang menyerang pasangan capres dan cawapres Nomor 01 dan No 02, maupun yang terkait partai politik peserta Pemilu 2019.
“Selain hoaks terkait isu politik, berturut-turut menyusul hoaks isu kesehatan sebanyak 126, hoaks isu pemerintahan sebanyak 119 hoaks, dan hoaks yang berisikan fitnah terhadap individu tertentu sebanyak 110 hoaks,” terang Ferdinandus Setu.
Di daftar selanjutnya ada hoaks terkait kejahatan sebanyak 59, hoaks isu agama 50, hoaks isu internasional 21, hoaks penipuan dan perdagangan masing-masing 19 konten, dan yang terakhir hoaks isu pendidikan sebanyak 3 konten.
Reporter : Ilma Amelia