Proses perbaikan fisik dan digitalisasi naskah-naskah kuno di Museum Mandar Majene.
Majene, mandarnews.com – Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Republik Indonesia melakukan kunjungan kerja di Museum Mandar Majene, beberapa hari lalu.
Dalam kunjungannya Perpusnas melakukan sejumlah naska kuno. Baik koleksi museum Mandar Majene atau dari luar (milik masyarakat).
Koordinator Lapangan (Korlap) Pelestarian Pusat Reservasi dan Alih Media PERPURNAS RI, Leni Sudiarti pelestarian yang dilakukan merupakan pelestarian fisik dan pelestarian informasi dari naskah itu sendiri.
“Untuk pelestarian fisiknya adalah perbaikan penampakan fisiknya. Sementara pelestarian informasi, yaitu pelestarian kandungan informasi dari naskah itu sendiri dengan cara dialih mediakan dalam hal ini digitalisasi. sehingga itu dapat dimanfaatkan dalam saktu lebih panjang lagi dan lebih luas,” jelas Leni, Kamis (4/7/24).
Pada kesempatan ini, PERPUSNAS melihat bahwa adapun beberapa bahan kertas dari naskah itu sendiri seperti daun pandang yang berukuran besar, daluang dan sebagian kertas.
Sementara untuk aksar, Leni menyebutlan bahwa kebanyakan yang ditemukan dari kumpulan naskah ini sendiri menggunakan aksara arab, bahasa belanda dan bahasa Mandar itu sendiri.
“Termasuk arsip atau data-data kesehatan Belanda, mengingat bangunan museum itu sendiri merupakan bangunan peninggalan rumah sakit Belanda,” bebernya.
Untuk isi naskah kuno sendiri lanjutnya, lebih banyak berisi tentang budaya Mandar. Seperti hal tentang pengobatan, sejarah, silsilah, perhitungan hari untuk berlayar, hari baik untuk menanam dan tanda-tanda alam lainnya. Termasuk ilmu Hitam.
Leni menyebut, pentingnya pelestarian seperti ini agar penggunaannya naskah dapat lebih luas dan lebih lama. Karena jika dibiarkan seperti ini, kondisi fisiknya lama-lama akan mengalami penurunan kualitas dan degradasi. Sehingga pengaruh lingkungan, pengaruh manusia itu bisa mempengaruhi kerusakan dari naskah itu sendiri.
Sehingga dengan adanya perbaikan fisik ini diharapkan, bisa memperlambat kerusakannya . Dan informasinya kita alih mediakan . Pemanfaatannya bisa lebih luas. Dan dengan media baru kita bisa membaca naskah ini tanpa menyentuh fisik naskah itu sendiri.
“Dan kebetulan kami dari perpusnas isinya akan kita upload secara online. Usia naskah pun 50 tahun keatas sampai 100 tahun ke atas,” imbuhnya.
Sementara itu, Penanggung Jawab Museum Mandar Majene, Susanna, S. Sos mengapresiasi adanya kunjungan tersebut.
Menurutnya, memang saat ini ada beberapa naskah-naskah kuno baik itu naskah kuno yang berusia 50 tahun atau 100 tahun yang perlu dijaga kelestariannya.
Ia pun berharap, agar hal-hal seperti ini dapat terus dapat dilakukan. Demi kelestarian naskah-naskah kuno.
(Ptr)