Pria ini bernama Reski. Ia lahir di RT Bala Lingkungan Segeri Kelurahan Baruga Dhua Kecamatan Banggae Timur Kabupaten Majene Sulawesi Barat pada 28 tahun lalu. Reski menderita tumor di wajah bagian pipi sebelah kanan sudah sejak lama.
Karena tumor, wajahnya tak simetris lagi. Mulut bergeser dari tempatnya ke arah kiri akibat desakan daging yang semakin membesar itu. Demikian halnya hidup yang juga bergeser ke arah kiri dan nyaris menutup lubang pernafasan sebelah kanan. Mata Reski juga terancam menyempit. Penderitaan pria ini sungguh berat.
Tumor yang melekat di wajah Reski, saat ini, sebesar dua kepalan tinju orang dewasa. Daging menumpang ini pernah lebih besar dari itu, bahkan dua kali lebih besar sebelum Reski menjalani operasi. Sebagian tumor bisa diangkat melalui operasi di RSUD Majene 5 (lima) tahun lalu. Sebagian tumor masih menjadi tamu yang tak dinginkan.
Reski yang sehari-harinya bertahan hidup dari buruh tani melalui jasa memanjat kelapa hanya bisa pasrah dengan kondisi wajah membengkak. Meski tak merasakan sakit namun tumor itu, diakuinya cukup mengganggu. Dirinya ingin sekali membuang tumor itu dengan operasi lanjutan. Tapi kondisi perekonomian tak memungkinkan. Apalagi dirinya tidak memiliki kartu jaminan kesehatan (Jamkesmas).
Pendapatannya dari jasa memanjat kelapa hanya cukup untuk mengganjal perut seadanya. Ia tak bisa menyisihkan pendapatan itu untuk disimpan sebagai tabungan. Pendapatan hari itu, habis hari itu juga.
Anak dari pasangan suami istri Hadamang – Jawi (alm) ini pernah menjalani operasi tumor atas kebaikan Bupati Majene H. Kalma Katta.
"Waktu itu pak Bupati datang ke kampung kami menghadiri peringatan maulid yang digelar kelurahan. Pak Bupati melalui pak Abduh (Lurah Baruga Dhua saat itu) meminta saya datang ke RSUD untuk operasi," kenang Reski yang akrab dipanggil iTanda ini. Panggilan iTandi berkaitan dengan dugaan tumor yang diderita pada awal munculnya.
Operasi itu berjalan lancar. Reski, saat itu, memiliki harapan sembuh karena sebagian tumor yang melekat dipipinya sudah bisa dibuang. "Berarti sisanya juga pasti bisa dibuang," pikir Reski kala itu.Melalui pemerintah kelurahan, Reski menerima kabar bahwa akan ada operasi lanjutan yang ditanggung pemerintah. Namun hingga lima tahun ini belum juga ada panggilan menjalani operasi yang kedua. Harapan sembuh kembali lenyap dari pikirannya. Apalah daya, untuk operasi dengan uang sendiri, mustahil bisa dilakukan. Reski menunggu uluran tangan darimu dermawan !
Reski menuturkan, tumor di pipinya, awalnya, dianggap tahi lalat bawaan sejak lahir. Pada mulanya hanya berukuran kecil sekali dan berwarna hijau sehingga tak terlalu mendapat perhatian. Namun, tahi lalat hijau itu kian membesar. Setelah sebesar biji kemiri, orangtua Reski mulai kuatir. Dan, daging itu semakin membesar saja seiring meningkatnya usia.
Kini, Reski sudah dewasa. Anak ke 4 dari 5 bersaudara ini belum lepas dari cengkeraman tumor di pipinya. Ia berharap, janji pemerintah tentang operasi kedua dapat ditunaikan karena dengan penghasilan sendiri tidaklah
mungkin. (irwan)