Bermula dari pena dan kertas
Ukiran senyum polos dan ragu
Dialog dengan spasi yang panjang
Kemudian memahat tawa beku dalam dinginnya waktu
Digemerlap kelipnya lampu
Kita bahkan tidak sanggup menutup mulut
Lalu tak ingat mengambil napas sejenak
Saat itu jam seperti berputar tak sewajarnya
Hingga senja itu memaksa mentari kembali ke peraduannya
Meninggalkan guratan jingga di cakrawala
Beberapa detik berharga sebelum gelap
Aku rindu sapaan pertama kita
Esok kita telah meninggalkan bangku penuh jejak pena itu
Tak ada lagi napas sesak menuju bangunan sempit bernama sekolah
Mungkin kau akan lupa dinginnya ubin di siang terik itu
Hingga kita benar-benar lupa rasa bosan saat guru tak mau keluar
Lusa kita akan memiliki hidup masing-masing
Waktu terasa pedas tapi lupa terasa manis
Temu terasa asam hingga topik terasa hambar
Apakah kita tetap ‘kita’?
Bertumbuh itu luar biasa
Berubah itu hebat
Bertambah tua itu bijak
Tapi semua itu juga dapat mengoyak kaledioskop kita
Puisi Karya :Â Muhammad Rusydy