Ia tinggal bersama suaminya dan lima anaknya. Suaminya telah lama pergi merantau, anak sulungnya pergi menangkap ikan, sedangkan yang bungsu masih berusia tiga tahun.
“Barang berharga yang ikut terbakar bersama rumah adalah kulkas baru, perabot rumah seperti barang pecah belah, lemari, TV, dan uang sebanyak Rp. 700 ribu,” sebut Dahriani.
Warga tidak bisa menyelamatkan rumah, lanjutnya, karena api sudah membesar dan tidak sebanding dengan usaha warga. Apalagi rumahnya berada di pinggir laut, ditambah angin yang cukup kencang.
Api pun telah melahap semua isi rumah ketika pemadam datang. Hanya saja, api tidak merembet kemana-mana karena samping rumah Dahriani semuanya rumah permanen yang terbuat dari batu bata, sementara rumah Dahriani adalah rumah panggung berukuran sekitar 5×8 meter.
Dahriani berharap, pemerintah setempat atau orang dermawan lainnya bisa meringankan beban hidupnya.
“Paling banyak saya dapat upah sehari hanya Rp 50 ribu, itu pun pendapatan tergantung dari hasil kerja,” tutur Dahriani.
Sementara itu, Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Tinambung, Iptu Rustam Abdul Gani membeberkan, untuk sementara, diduga kuat kebakaran terjadi akibat korsleting arus listrik.
“Rumah dalam keadaan kosong saat kebakaran, diduga karena korsleting arus listrik,” tutup Iptu Rustam. (Putra)
Editor: Ilma Amelia