Warga Dusun Aholeang dan Rui di pengungsian di Dusun Alle-Alle Mekkatta, Malunda, Majene, Sulbar.
Majene, mandarnews.com – Kondisi warga Dusun Aholeang dan Dusun Rui Desa Mekkatta, Kecamatan Malunda, Majene di tempat pengungsiannya di Dusun Alle-Alle Desa Mekkatta satu tahun pasca gempa kian memprihatinkan.
Beberapa warga masih menginap di pengungsian yang terbuat dari terpal yang tidak layak huni dan ada juga rumah panggung dengan bantuan relawan dan dana pribadi.
Satu tahun pasca gempa, tidak ada perubahan yang signifikan selama di pengungsian. Bahkan, warga setempat masih mengeluhkan sejumlah bantuan, begitu pun ketersediaan air bersih dan penerangan.
Kepala Dusun Rui Suardi menyebutkan, ada 41 kepala keluarga (KK) yang ada di Rui dan terkadang dalam 1 KK terdapat 5 bahkan sampai 10 orang. Sementara yang ada di Rui hanya ada satu meteran listrik untuk mengalirkan listrik dan dua sumur bor, itu pun hanya satu yang berfungsi.
“Satu meteran listrik hanya dapat mengakomodasi penggunaan untuk sumur bor pada siang hari. Sedangkan untuk malam hanya digunakan untuk penerangan saja karena jika dilakukan secara bersamaan meteran listrik tidak mampu,” ujar Suardi.
Dengan kondisi seperti ini, lanjutnya, tentu hal tersebut tidak dapat memenuhi segala kebutuhan dasar warga karena penggunaan dan waktu yang sangat terbatas.
“Makanya air bersih masih sangat dibutuhkan karena tidak dapat mengakomodasi semuanya. Solusinya, pengungsi pergi ke sungai dengan jarak tempuh puluhan meter untuk penggunaan sehari-hari seperti mandi, mencuci, bahkan untuk keperluan dapur,” ungkap Suardi.
Hal sama juga disampaikan Kepala Dusun Aholeang, Lukman. Menurutnya, ada 75 KK berasal dari Dusun Aholeang yang sementara mengungsi.
“Di lokasi pengungsian untuk Dusun Aholeang, ada empat meteran listrik dan tiga sumur bor tetapi hanya satu yang berfungsi karena lainnya rusak,” kata Lukman.
Ia menyampaikan, hal ini tentu tidak dapat mengakomodasi semua warga. Sungai pun menjadi solusinya meski harus menempuh jarak puluhan meter.
Mereka pun berharap pemerintah bisa lebih memerhatikan kebutuhan dasar mereka, utamanya ketersediaan air bersih, pendidikan, dan hunian tetap yang layak.
Apalagi sebelumnya, karena kurangnya ketersediaan air bersih 90 persen warga yang ada di pengungsian mengalami gatal-gatal yang bahkan sampai bernanah. Beruntung saat ini penyakit tersebut mulai berkurang dan sudah tak seberapa lagi.
Salah seorang warga Aholeang yang saat ini berada di pengungsian, Haris mengetahui bahwa Desa Mekkatta masuk dalam desa penerima bantuan stimulus tahap kedua mengaku cukup kecewa.
“Dusun Aholeang dan Ruilah yang seharusnya lebih layak menerima bantuan secepatnya karena saat ini sudah genap satu tahun di pengungsian,” sebut Haris.
Ia mengaku begitu banyak keprihatinan yang dirasakan bersama warga lainnya di pengungsian, mulai dari penerangan, ketersediaan air bersih, termasuk jarak tempuh ke kebun menuju pengungsian.
Haris pun berharap satu tahun pasca gempa dan di pengungsian bisa mendapatkan kado terbaik dari pemerintah, yakni hunian tetap yang layak.
Sementara sebelumnya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Majene melalui Kepala BPBD Majene Ilhamsyah menyampaikan, bantuan stimulus perbaikan rumah untuk Desa Mekkkatta seperti Dusun Aholeang dan Rui masuk dalam pemberian bantuan tahap kedua.
Padahal, jika dilihat dari kondisi warga, Aholeang dan Ruilah yang seharusnya lebih dapat diprioritaskan karena tinggal di pengungsian. Seperti diketahui, warga Aholeang dan Rui meninggalkan tempat tinggalnya karena kampung mereka berada di atas gua.
Meskipun berada di tempat pengungsian, namun warga Aholeang dan Rui masih menyambut dengan senyuman bagi siapa saja yang berkunjung ke sana. (Mutawakkir Saputra)
Editor: Ilma Amelia