MAJENE – Puluhan massa berunjuk rasa di depan kantor Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kabupaten Majene. Mereka melempari kantor KPUD Majene lantaran tidak terima Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang dinilai amburadul.
Massa berorasi di depan kantor KPUD dan ingin bertemu dengan Ketua KPUD. Mereka ingin menanyakan tentang carut marut DPT. Sempat terjadi ketegangan saat massa memaksa menerobos barikade polisi. Beruntung, massa bisa dikendalikan dan perwakilan dari massa aksi demo tersebut bisa bertemu dengan ketua KPUD.
Aksi massa tersebut hanya simulasi Sistem Pengamanan Kota (Sispamkot) Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur (Pilgub) Sulawesi Barat di Stadion Prasamya Majene, Senin 31 Oktober 2016. Massa melempari tenda yang dianggap sebagai kantor KPUD Majene dengan air yang dibungkus dengan plastik.
Menurut Kapolres Majene, AKBP Grendie Teguh Pidegso, simulasi tersebut untuk melatih personel menghadapi jika terjadi aksi massa selama tahapan dan pasca pelaksanaan Pilgub Rabu 15 Februari Mendatang.
“Simulasi ini kami persiapkan sebagai implementasi apa yang telah diberikan pelajaran kepada perugas kami di lapangan sebagai implementasi kesiapan Polres Majene untuk Pilgub Sulbar,” kata Grendie.
Selain itu, adegan simulasi lainnya adalah pada saat pelaksanaan kampanye. Iring-iringan pasangan calon (paslon) tiba-tiba dihadang segerombolang massa lawan. Personel pun bertindak cepat. Jalur rombongan segera dialihkan ke jalur alternatif menuju lokasi kampanye.
Tak hanya itu, pada saat salah satu paslon berorasi, paslon tersebut melakukan kampanye hitam dan menjelek-jelekkan pasangan calon lain. Panwaslu yang berada di lokasi menegur paslon tersebut. Tapi massa pendukung tidak terima. Mereka kemudian mengejar Panwaslu. Beruntung, Sat Sabhara yang disediakan segera menghalau massa hingga suasana kembali aman.
Pada Tempat Pemungutan Suara (TPS) juga terjadi keributan. Salah satu pemilih yang tidak memenuhi syarat protes dan membuat keributan di TPS. Pengamanan yang terdiri dari Pertahanan Sipil (Hansip) dan anggota polisi yang disiagkan segera mengamankan warga tersebut.
Saat kotak suara diantar dari TPS ke Panitia Pemungutan Suara (PPS) oleh hansip yang dikawal dua anggota polisi kembali terjadi penghadangan. Dua warga yang menghadang tersebut berusaha merebut kotak suara. Lagi-lagi, dua pelaku berhasil dilumpuhkan dan digelandang ke Polres untuk diamankan.
Pasca pelaksanaan Pilkada, puluhan massa kembali melakukan aksi di depan Kantor KPUD Majene. Mereka yang berjumlah puluhan membakar ban bekas sebagai bentuk protes. Massa kian memanas, mereka melempari kantor KPUD dan memaksa masuk hingga terjadi aksi saling dorong.
Sat sabhara yang dilengkapi tameng segera bergerak ke lokasi menghalau massa. Massa dan polisi terlibat aksi saling dorong hingga mobil water canon polisi bergerak ke lokasi dan memukul mundur massa. Massa kemudian akhirnya bisa dikendalikan dan membubarkan diri.
“Simulasinya bersifat eskalasi. Dimulai pada masa kampanye sampai pencoblosan. Jangan sampaiada konflik. Jadi simuliasi ini agar kita mengetahi bagaimana carana Polri mengamankan situasi tersebut,” ungkap Grendie. (Irwan)