Semua peserta lomba dalam festival ini mendapat penghargaan sebesar Rp 3 juta. Sedangkan para juara mendapatkan tambahan sebagai bonus. St. Ma’rifa sendiri mendapat bonus sebesar Rp 4 juta. Hadiah yang diperoleh bukan diterima cash tapi langsung masuk di rekening simpanan pelajar (SIMPEL) masing-masing penerima.
Untuk dapat mengikuti lomba mewakili provinsi, peserta lomba tidak langsung ditunjuk oleh pemerintah provinsi atau kabupaten. Tak juga ada seleksi antar sekolah. Melainkan, peserta mendaftar langsung ke panitia lomba di pusat dengan difasilitasi pihak sekolah.
Oleh panitia, mempersyaratkan rekaman video yang dikirim melalui internet dan keping cd calon peserta. Video berisi materi lomba yang diminati calon peserta. Selanjutnya menunggu penetapan siapa saja yang beruntung jadi peserta.
Dalam memilih siswa yang direkomendasikan mengikuti lomba, pihak sekolah mengamati keseharian siswa bahkan melihat rekam jejak hingga ke sekolah asalnya.
“Kami memilih St. Ma’rifa sebagai salah satu siswa untuk mengikuti festival tersebut di bidang cipta pantun dan berpantun karena mulai awal masuk sekolah kami melihat ada potensi di dalam dirinya untuk dikembangkan, begitupun untuk Tharigat potensinya muncul saat kita adakan porseni ia sering menciptakan puisi,” ungkap Adryani.
Sebelum masuk di SMP Negeri 2 Majene, St. Ma’rifa adalah salah satu siswa dari SD 6 Kampung Baru. St. Ma’rifa tinggal di Lingkungan Lembang Dua. Sedangkan Tharigat berasal dari SD Negeri 1 Saleppa dan beralamat di Lingkungan Timbo – Timbo.
Adryani Adnan menambahkan, sebelum ada lomba pihaknya di SMP Negeri 2 selalu membimbing mereka. Jadi setelah ada lomba sudah ada siswa yang langsung siap didaftarkan.
“Semoga siswa-siswi kami bisa lebih berkarya lagi. Dan lomba – lomba berikutnya mendapatkan juara satu untuk tingkat nasional dan semaksimal mungkin untuk bisa mengikuti semua lomba. Meskipun tidak harus juara, setidaknya kami bisa mewakili Sulawesi Barat dan membawa nama Sulawesi Barat di kancah nasional,” kunci Adryani Adnan.(mg1)