MAJENE, mandarnews.com — Sedikitnya 20 hektar tanaman padi milik petani di Malunda, Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene, terkena serangan penyakit mati daun atau kresek. Petani menduga, timbulnya penyakit tersebut akibat radiasi menara Sutet (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) yang melewati wilayah persawahan di Kecamatan Malunda. Sehingga sebagian petani memperkirakan terancam gagal panen.
“Kalau pupuk kenapa baru sekarang. Sedangkan sudah puluhan tahun kita menggunakan pupuk kenapa baru sekarang dampaknya seperti itu. Mungkin salah satunya sutet (saluran udara tegangan tinggi). Karena semenjak sutet itu ada, disitulah timbul penyakit seperti itu. Bahkan tanaman kelapa saja juga dipengaruhi,” kata Sultan, Minggu (8/1/2016).
Lanjut Sultan, jika bukan pengaruh Sutet kemungkinan pengaruh bibit yang digunakan bagi petani kurang cocok.
“Kalau bukan sutet mungkin pengaruh bibit. Karena contohnya, selama ciliwung dibawa tidak terkena penyakit kresek. Kemungkinan besar apakah pengaruh bibit,” kata Sultan mencoba menganalisis sesuai pengalamannya.
Sulatan mengaku tidak turun sawah tahun ini karena sudah menduga akan ada penyakit seperti itu.
Sahabuddin yang juga petani di Kalambangan mengakui serangan penyakit kresek mulai melanda padi miliknya seluas 30 x 25 meter persegi.
Kalau sebelum berbuah masih bisa diberikan obat daun (cupricide, red). Tapi kalau sudah naik buahnya (Terkena penyakit kresek, red) sudah tidak ada harapan,” katanya.
Sahabuddin memperkirakan, luas lahan yang sudah terserang penyakit kresek tersebut sekitaran 20 hektar lebih.
“Perkirakan saya ada 20 hektar lebih yang terkena. Karena ada juga bagian Sasende, Kalambangan, Pambutungan. Dan peyakit seperti ini sudah dua tahun berturut-turut melanda tanaman padi kami,” ujar Sahabuddin.
Koordinator Balai Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Malunda Amin Rahmat mengatakan, kategori gagal panen jika tingkat penghasilan petani dikisaran 11 persen. Tapi kalau masih berada di level yang diatas dikategorikan masih normal.
Amin menilai serangan penyakit kresek tidak meluas melainkan hanya ada di beberapa titik jadi kemungkinan gagal panen sejauh ini belum sampai pada kesimpulan.
Tanggapan Amin terhadap dugaan warga bahwa penyakit kresek akibat dari radiasi sutet yang melintang di atas persawahan Malunda.
Kalau ada petani yang bilang pengaruh sutet, kami belum sampai pada kesimpulan itu. Tetapi kalau memang itu betul sepanjang jalur sutet ini pasti akan terkena. Tapi yang kenyataannya di lapangan, toh tidak demikian,” jelas Amin Rahmat.
Ia justru menuding tehnis bercocok tanam yang menjadi penyebabnya. “Kalau dari pengaruh radiasi tentunya dari awal pemerintah tidak akan memprogramkan,” kunci Amin.
Akibat penyakit kresek itu pihaknya sudah melakukan langkah antisipasi dengan mencoba menginventarisasi kondisi pertanaman.
“Khusus petugas tehnis memang ada rekan yang menangani, yaitu petugas pengamat hama dan tanaman, kita sudah meminta kepada beliau untuk memonitoring perkembanagn penyakit kresek, bersama dengan kelompok tani sudah melakukan pengamatan beberapa tempat, misalnya di Kalambangan, Sasende, Lombong dan Lamungan Batu,” katanya.
Lanjut Amin, dari hasil pengamatan itu, untuk hama ada tikus dan penyakit ada serangan kresek.
“Kalau yang kresek rupanya banyak yang dikeluhkan para petani, dari hasil pengamatan ini direkomendasikan bahwa untuk musim tanam yang akan datang dilakukan pergantian varietas. Karena yang sekarang ini ada ciliwing, cilosari, kongga dan ada sidinuk. Jadi ini kondisi sekarang varietas-varietas apa yang tahan, berdasarkan kondisi lapangan tidak semua itu terserang penyakit kresek,” jelasnya.
Yang berikutnya, kata Amin, untuk kresek bisa diupayakan dengan cara menghindari penggenangan yang terlalu lama. Jadi diupayakan petani melakukan pengairan berselang.
“Tiga hari digenangi dan selanjutnya dikeringkan dan digenangi lagi. Kemudian sebenarnya juga tidak lepas dari pola pemupukan. Diharapkan petani tidak terlalu berfokus pada satu jenis pupuk, tapi diharapkan petani itu menggunakan pupuk yang telah dianjurkan, utamanya urea, npk, dan pupuk organik. Biasanya petani kita kebanyakan menggunakan pupuk urea,” pungkasnya. (ariadi)