Elisabeth pedagang hasil tenunan pengrajin tenun Desa Balla Mamasa
MAMASA, mandarnews.com – Tenunan merupakan ciri khas dari Mamasa yang hanya diperkenalkan lewat pinggiran jalan lantaran terbatas akses pemasaran.
Elisabet (24) Penjual Tenunan khas Mamasa, saat ditemui di kiosnya, mengatakan usaha ini dimulai sejak dua tahun lalu dengan menggunakan dana awal Rp 3 juta untuk pembuatan kios dan pembelian bahan-bahan tenun.
Ia berharap, agar pihak Pemda (Pemerintah Daerah) bisa membantu lewat pemasaran sekaligus memperkenalkan tenunan khas Mamasa, seperti pengadaan festival. Mengandalkan pemasaran melalui penjualan di kios tentu masih terbatas.
Pembeli biasanya berasal dari pengguna jalan yang berasal dari luar kota, adapula sesekali turis dari negara asing, serta warga setempat sendiri. Warga setempat yang belanja tenun ketika musim Kopi,”ungkapnya saat dikonfirmasi di Desa Balla, Kecamatan Balla, Kabupaten Mamasa, Minggu (27/01).
Menurut Elisabet, usaha ini dirintis karena keinginan dari pengrajin perempuan Desa Balla untuk memperkenalkan, melestarikan dan sekaligusĀ memasarkan tenunan khas Mamasa.
Tenunan yang dijual berasal dari Desa Balla yang masih menggunakan alat tradisional.Ā Tenunan yang dijual di kiosnya ada berbagai macam, seperti sarungĀ mamasa, sarung perempuan, tas (sepu’), selendang, seal, kalung, kain rok tenun, baju tenun, taplak meja dan celana tenun.
Mengenai harga, bervariasi, tergantung dari kesulitan pembuatannya dan ukurannya. Kain yang disungkik (sulam) harga jualnya agak mahal, seperti kalung dijual dengan harga Rp 10.000, harga untuk celana pendek khas Mamasa dijual dengan harga Rp 180.000 – Rp 180.000 .
Kalau baju tenun untuk laki-laki dan perempuan dijual dengan harga Rp 350.000 – Rp. 400.000 dengan tingkat kesulitan yang berbeda.
Pembuatan tenunan membutuhkan waktu paling lama tiga minggu, seperti sarung tenun, baju membutuhkan waktu satu minggu pembuatan.
Katanya, tenunan yang Ia jual dititipkan oleh pengrajin tenun adapula tenunan yang Ia jual dibayar langsung atau dibarter dengan benang, banyak benangnya sesuai dengan harga tenunannya dan tergantung dari kesepakatan penenun.(Hapri Nelpan/MG-1)