
Salah satu anggota APPM, Lisa, saat berorasi mengungkapkan, tujuannya turun ke jalan tidak lain adalah untuk menyuarakan hak dan keadilan perempuan.
“Kami turun ke jalan untuk meminta agar keadilan kepada perempuan tidak dikebiri. Kami juga menuntut agar pengesahan RUU PKS dipercepat karena sampai saat ini belum disahkan oleh pemerintah. Di momentum International Women’s Day, kami menggunakan kostum hitam sebagai simbol perempuan yang masih hidup dalam ruang kegelapan. Untuk itu, siapapun yang mendengar aksi kami pada hari ini, tolong lepaskan kami dari kegelapan ini, lepaskan kami dari ruang kurungan ini. Kami masih tertindas, perempuan masih hidup dalam kegelapan, kami belum bebas menghirup kemerdekaan,” seru Lisa.
Orator lain, Herawati menyampaikan untuk jangan terus memojokkan dan mendiskriminasi perempuan sehingga ruang hidupnya cenderung lebih sempit.
“Perempuan, dari dulu sampai saat ini tidak lepas dari keterkurungan, belum bisa menghirup udara secara bebas. Kami masih terikat pada aturan maupun norma yang ada, yang telah menutup kreativitas kami,” ucap Hera.
Aturan yang sifatnya mengikat, tambahnya, sudah selayaknya dilawan. Aksi yang dilakukan untuk melepas tali yang selama ini mengikat perempuan.
“Kami bukan hewan yang ingin diikat, yang harus mengikuti semua apa yang menurut kami tidak adil. Mungkin jumlah kami tidak seberapa, tapi kami mewakili seluruh aspirasi perempuan yang mengalami kekerasan, penindasan seperti pencabulan, pemerkosaan, dan semuanya yang jelas terjadi,” tutur Hera.
Unjuk rasa APPM juga diwarnai aksi teaterikal yang memperlihatkan bahwa perempuan masih dalam ikatan yang salah. (Putra)
Editor: Ilma Amelia