Kantor BMKG Majene. Foto : Mutawakkir Putra
Majene, mandarnews.com – Beberapa hari terakhir terjadi hembusan angin kencang dan gelombang yang cukup tinggi. Warga diminta untuk mewaspadai fenomena alam ini.
Himbauan itu disampaikan Arman, prakirawan Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Majene. Himbauan terutama ditujukan terhadap warga yang bermukim di pinggir laut karena angin berhembus saat ini mempunyai kecepatan yang lumayan tinggi. Angin ini disebut Monsum Timuran.
Menurutnya, angin monsum timuran disebabkan oleh daerah tekanan rendah sekitaran samudra pasifik. Dimana, angin monsum timuran berasal dari angin benua Australia.
Kecepatan dari angin monsum timuran yang terjadi saat ini, jelas Arman, dikisaran 15 – 40 km/jam. Belum masuk dalam status ekstrim. Nanti setelah kecepatan angin dikisaran di atas 50 km/ jam baru masuk dalam status ekstrim.
Arman menjelaskan, untuk di Sulbar hanya ada dua jenis angin. Pertama, angin yang terjadi saat musim kemarau. Kedua, angin yang terjadi saat musim hujan.
Angin yang terjadi saat musim kemarau merupakan angin monsum timuran, seperti yang terjadi saat ini. Dan angin musim hujan yang terjadi saat musim hujan yang disebut angin Monsum Asia.
Kepastian kapan angin monsum timuran berhenti belum bisa dipastikan waktunya. Yang jelas, kata Arman, akan mengikuti musim karena angin monsum timuran merupakan angin musiman.
Arman juga menjelaskan, untuk wilayah Sulawesi Barat bagian Utara seperti Pasangkayu akan lebih dahulu mengalami musim peralihan dan lebih dahulu mengalami musim hujan.
” Kemungkinan saat memasuki pertengahan bulan September nanti kekuatan angin monsum timuran akan melemah. Dan kemungkinan bisa ditandai sebagai awal musim peralihan atau pancaroba,” Arman memperkirakan.
Wilayah Utara seperti Pasangkayu akan mulai memasuki musim hujan saat – saat akhir bulan September. Sedangkan untuk wilayah Majene kemungkinan besar akan mengalami musim pancaroba atau musim peralihan saat awal Oktober dan kemungkinan akan mengalami musim hujan saat pertengahan ataupun akhir Oktober.
Status Gelombang Air Laut Sudah Ekstrim
Himbauan tak hanya untuk mewaspadai angin kencang. Tapi juga untuk gelombang tinggi. Himbauan mewaspadai gelombang tinggi ditujukan kepada warga yang beraktivitas di laut. Mereka dihimbau agar berhati – hati karena untuk saat ini Selat Makassar, mulai dari Pasangkayu sampai ke Majene bahkan Makassar terjadi fenomena gelombang tinggi yang mencapai 2,5 meter. Tinggi gelombang saat ini sudah termasuk status ekstrim.
” Ketinggian (gelombang) seperti 2,5 meter sudah mampu menggoyangkan kapal-kapal besar, maka perlu di waspadai, ” kata Arman.
Saat musim pancaroba akan terjadi fenomena – fenomena ekstrim lagi seperti guntur, kilat dan petir. Saat musim pancaroba atau peralihan nantinya merupakan musim dimana awan berkembang seperti awan comolunimbus atau awan pekat.
Pertumbuhan awan tersebut sangat cepat dengan struktur awan yang sangat padat dan besar, serta potensi seperti terjadinya angin puting beliung juga bisa ada saat memasuki pancaroba.
“Jadi masyarakat juga harus hati-hati nantinya dan diperkirakan musim pancaroba akan masuk sekitaran pertengahan September,” tutup Arman, saat mandarnews.com menyambanginya di stasiun BMKG Majene, Rabu (21/08/2019).
Warga Majene yang berdiam di pesisir seperti Barane, Baurung, Tamo, Pangale, Leppe, Labiang, Binanga, Tanjung Batu, Pangaliali, Tanangan, rata-rata mengakuo terjadi angin kencang di wilayahnya. Demikian pula terjadi gelombang tinggi. Passandeq pada lomba Sandeq Race Bupati Cup yang di gelar di Pantai Labuang telah merasakan angin kencang dan tingginya gelombang. Bahkan terpaksa dilakukan perubahan ketentuan lomba dari 3 putaran menjadi 2 putaran. (mg1)