Menjadi seorang penulis tentunya membutuhkan alat, di zaman dahulu pena dan kertas yang menjadi prioritas utama, kemudian berkembang menjadi membutuhkan sebuah mesin ketik dan tinta, hingga saat ini membutuhkan media untuk menulis seperti hape android, laptop, ipad ataupun lainnya.
Menjadi penulis semestinya berawal menulis pengalaman sebagai bahan pelajaran dalam merangkai sebuah kata. Namun masalah dalam menulis biasanya dengan menulis awal kata untuk memulai sebuah tulisan, sebagian yang ingin menjadi penulis terasa sulit memikirkan awal kata yang pas untuk kalimat.
Mencari solusi menghilangkan sulitnya menulis, semestinya memikirkan permulaan kata yang cocok dengan awal kalimat. Jika menulis memiliki keselarasan dengan pemikiran otomatis mudah menuangkan di dalam buku.
Menulis seharusnya dengan tekun karena apapun bentuknya semuanya dapat menjadi tulisan. Tapi yang menjadi problem dalam kepenulisan ketika lebih dominan pengalaman biasanya penulis cepat merasa bosan, mungkin karena faktor kosa kata tidak terlalu banyak akhirnya menulis pengalaman mengenai kamar di jadikan tulisan untuk kepentingan sosial.
Jadi sepatutnya landasan pengalaman menjadi inti dalam menulis akan memiliki kosa kata kurang efektif tanpa mau dengan membaca.
Hernowo mengutip pendapat Smith, bahwa menulis punya dua alasan. Yaitu untuk berkomunikasi dengan orang lain dan untuk untuk memperjelas dan merangsang pikiran dalam diri kita.
Pada tahap ini kita akan berlatih berbagi pengalaman. Baik dari diri sendiri maupun dari orang lain yang kita ceritakan kembali. Untuk memperkaya pengalaman itu kunci utamanya adalah membaca. Karena Quantum Writing adalah saudara kembar Quantum Reading, seperti halnya menulis adalah pasangan membaca, keduanya saling melengkapi.
Sebuah pertanyaan yang sering muncul di benak para penulis yaitu mengapa menulis lebih susah dibandingkan dengan berbicara ?
Karena aktivitas pemula lebih kearah membaca tanpa pernah menuangkan hasil bacaan di dalam sebuah buku, akhirnya merasa tidak nyaman menjadikan budaya menulis dalam belajar, padahal antara membaca dan menulis tidak pernah mengalami keterpisahan.
Jadi seharusnya jikalau merubah keinginan lebih efektif dalam menulis dan membaca, usahakan dapat menulis pesan lewat membaca dalam sebuah buku karena tujuan untuk menguatkan penulis mengingat isi kandungan buku.
Sebuah pengalaman yang setiap hari belajar menulis tentang opini baik tulisan bersifat pendidikan maupun sosial. Namun dalam proses penulisan memerlukan pikiran yang ideal untuk menyusun kata, karena jauh berbeda antara berbicara dan menulis.
Setelah menyelesaikan tulisan hasilnya tidak tersistimatis dengan penggunaan kata, tapi tidak membuatku surut dalam menulis karena menganggap proses adalah pembelajaran untuk menuju kesuksesan.
Mengutip salah satu pendapat Psikolog Dr.Pennebaker ”Anda tidak perlu memikirkan masalah tata bahasa, ejaan, ataupun struktur kalimat ketika menulis. Anda juga harus berusaha untuk membebaskan diri anda. Teserah kepada Anda untuk menulis apa saja yang Anda inginkan. Yang penting, Anda merasa nyaman dan tekanan Anda hilang ketika menulis”.
Menulis seperti dengan mengunyah makanan ketika dikunyah makanan hancur lebur, olehnya itu penulis membiasakan dirinya untuk melakukan tulisan mempermudah apapun yang diinginkan dalam penulisan.
Menulis tema sesuai keinginan penulis untuk membuat tulisan, semestinya dalam menulis harus selaras dengan keinginan sosok penulis. Menulis seharusnya sesuai dengan mud karena lebih mudah beradaptasi dengan pola pikir untuk dituangkan dalam sebuah buku.
Beberapa penulis menganggap bahwa, menulis bagaimana orang mamasukan bola dalam ring basket, semakin difokuskan dalam memasukan ke ring otomatis bola lebih muda masuk di dalam ring, sama halnya dengan menulis, memfokuskan atau membudayakan menulis otomatis akan mudah menulis apapun.
Dalam blognya, Bagus takwi menuliskan “Menulis bebas adalah bentuk latihan yang dapat membantu orang membiasakan dirinya menulis secara nyaman. Dalam latihan ini, orang disarankan untuk menuangkan apapun yang dia pikirkan.
Bahkan, tentang ketidakmampuannya menulis. Ketika seseorang diminta menulis apapun yang terpikirkan olehnya, selama 10 menit dan merasa buntu, orang itu bisa saja menuliskan kebuntuannya, menuliskan kebingungannya. Dalam menulis bebas, lupakan aturan, lupakan kesalahan. Menulis saja.
Perlu adanya kebebasan dalam menulis karena mempermudah untuk menuangkan gagasan dalam lembaran.
Tergantung dari keinginan penulis, jika orangnya hobi membaca mengenai pendidikan tulisan berbau pendidikan. Kebebasan bukan berarti bebas dalam segala hal tetapi bebas didalamnya mengandung sebuah norma. Penulis sebaiknya membaca buku untuk memperbaiki gagasan dan tulisan, seperti yang di lakukan para cendikiawan hanya bersama buku dan pena.
Sebagian tulisan mengutamakan pengalaman dari pada membaca, karena daya tarik membaca dinusantara sangat kurang akhirnya sebagian penulis lebih dominan mengutamakan pengalaman.
Para cendikiawan maupun sejarawan mereka dikenal sebagai tokoh inspiratif karena karya yang membuat demikian, contoh tokoh nasionalis atau Pluralis seperti Soekarno atau Gusdur yang di puja setiap kaum karena pola pikir dan jejak tulisan yang menjadi inspiratif para pembaca.
Tulisan akan dikenang setiap masa karena dapat membangun sebuah pendidikan untuk mengembangkan setiap generasi yang ingin menjadi cendikiawan.
Mengamati gerak sosok cendikiawan dalam bertindak tidak lepas dari menulis dan menganggap bahwa tulisan akan mampu menggungcankan pemikiran generasi untuk menjaga kedaulatan bangsa.
Sepatutnya hilangkan rasa takut dalam pikiran atau kata susah dalam menulis karena sebagai pemula semestinya belajar menuangkan tulisan apa yang ada dalam pemikiran.
Menulis perlu melakukan kebebasan dalam menuankan konsep tulisan, karena memudahkan menulis apa saja yang kita inginkan. Ada sebuah cerita dimana teman dalam seperjuangan keinginannya tinggi untuk membuat tulisan tetapi kenyataannya sulit membuat tulisan faktor tidak tahu menyusun kata, akhirnya awal mula menulis dengan memulai dengan pengalaman sehingga mampu menyusun kata karena efek dari menulis sebuah identitas diri.
Dan akhirnya membudayakan dengan menulis mampu mencetak buku dengan terbangunnya cakrawala berpikir karena sudah terbiasan menuankan pemikiran dalam lembaran baru.
Penulis biasanya dapat inspirasi lewat buku maupun alam disekitar anda, akhirnya mudah membukakan cakrawala berpikir untuk di jadikan sebuah tulisan. Generasi harus membudayakan membaca dan menulis untuk memperluasa wawasan generasi mudah dalam meningkatkan kualitas generasi di bidang menulis. Majunya sebuah Bangsa jika di dalamnya terdapat pemikir untuk menuangkan gagasannya melalui tulisan sehingga semua generasi menciptakan sebuah karya lewat menulis. (*)