Zulkarnain Hasanuddin.
Oleh: Zulkarnain Hasanuddin
Idul Adha (kurban) adalah hari raya yang setiap tahunnya dirayakan oleh seluruh umat Islam di dunia yang dilaksanakan setiap 10 Zulhijjah atau sehari setelah pelaksanaan wukuf di Padang Arafah bagi umat Islam yang melaksanakan ibadah haji yang dalam kalender Islam dilaksanakan tepat 9 Zulhijjah.
Idul Adha adalah sebuah peristiwa spiritual yang disimbolkan dengan Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS sebagai pelaku perjalanan spiritual dalam menjalankan perintah Tuhan dalam manifestasi kemanusiaan yang luar biasa. Tuhan memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyembelih Nabi Ismail sekaligus menjadi simbol bagi umat Islam dalam merayakan Idul Adha.
Kurban dalam perspektif Islam adalah kegiatan suci ketika seluruh umat Islam wajib ( menurut Imam Hanafi) dan sunnah muakkad ( menurut Imam Syafi’i, Imam Hambali, Imam Maliki) untuk melaksanakan kurban (potong sapi, kambing, dan sejenisnya) bagi yang mampu dan menjadi simbol kemanusiaan untuk membuang sifat kebinatangan manusia yang sejatinya ada diri kita dalam pelaksanaan aktivitas sehari-hari, sehingga Islam menyimbolkan sebagai peristiwa yang maknanya untuk memberikan tuntunan pada manusia untuk berbagi pada sesama manusia.
Peristiwa kurban ini sekaligus mengajarkan kita tentang rasa ikhlas dan mau berkorban sebagai wujud ketaatan seorang hamba (manusia) terhadap Sang Pencipta yang diimplementasikan dalam kehidupan kemasyarakatan.
Bagi seluruh umat Islam, sejatinya Idul Adha atau Idul Kurban juga harus dapat dijadikan sebagai momentum perubahan dalam meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Kurban harus dapat diterjemahkan sebagai upaya dalam rangka menumbuhkan rasa ikhlas dalam bekerja dengan diniatkan sebagai ibadah. Ketika rasa ikhlas sudah muncul maka potensi-potensi untuk melakukan penyimpangan dalam mengemban amanah dapat disingkirkan.
Di sisi lain, kurban juga harus dapat memunculkan sikap kepekaan sosial dalam kehidupan bermasyarakat, yaitu dengan jabatan yang kita emban menjadikan agar lebih dekat dengan masyarakat serta harus mampu berbagi dalam kehidupan kemasyarakatan.
Jika semua masyarakat maupun pemimpin dapat memaknai dan meresapi Idul Kurban ini tentunya akan mengubah kepeduliannya terhadap rakyat dan tidak akan termaknai hanyalah ritual menyembelih hewan dan perayaan saja, tetapi akan terbangun keselarasan antara aktivitas berkurban dengan nilai-nilai dari Idul Kurban itu sendiri sehingga menafasi jabatan yang diemban untuk kepentingan ummat. Pemimpin pada akhirnya akan mengurusi dan memperhatikan masyarakat dengan baik.
Seorang pemimpin sejatinya telah selesai urusan orientasi duniawinya, keahlian dan pekerjaan yang dilakukannya perlu sepenuhnya untuk kepentingan masyarakat, sehingga antara pemimpin dan rakyat tidak ada lagi batasan sosial. Rakyat akan menyampaikan permasalahannya pada pemimpinnya dan pemimpin memberikan solusi yang baik untuk rakyatnya,” ujar Zul.
Pada akhirnya, terciptalah negara yang sejahtera dan berkeadilan yang baldatun toyyibatun warobbun ghofur dan semoga Idul Adha mampu diresapi semua nilai dan pesan yang terkandung di dalamnya sehingga dapat menghasilkan perubahan yang baik dan positif dan tidak hanya menjadi ritual belaka saja untuk mengenang sejarah keikhlasan serta rela berkorban Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS, tetapi juga bagaimana kemudian dari kurban itu muncul nilai-nilai sosial yang dapat diambil pelajarannya untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari untuk kepentingan dunia dan bekal di akhirat kelak.
Selamat merayakan Idul Adha 1443 Hijriyah/2021 Masehi.