Beragam modus operandi yang dilakukan oleh pemilik dan pengelola media massa di Indonesia dalam memanipulasi pemberitaan untuk tujuan politik terselubung. Tentu saja dengan berbagai strategi yang terencana untuk mengaburkan fakta sebenarnya. Berikut ini beberapa modus yang umum ditemukan:
Pertama, Koneksi Antar Media dengan Partai atau Kelompok Politik
Pemilik media massa sering kali memiliki hubungan dekat dengan partai politik atau kelompok politik tertentu. Dalam beberapa kasus, pemilik media sendiri adalah politisi aktif atau pengusaha yang memiliki hubungan langsung dengan politisi. Keterkaitan ini memungkinkan media untuk menjadi alat propaganda politik.
Modus-modus ini secara langsung merugikan audiens karena media yang seharusnya menjadi sumber informasi objektif malah menjadi alat politik untuk mempromosikan atau menyerang agenda tertentu. Konstituen pembaca atau penonton menjadi korban disinformasi, sehingga sulit bagi mereka untuk mendapatkan gambaran yang akurat dan netral dari peristiwa politik yang terjadi.
Surya Paloh, pemilik Metro TV, yang juga merupakan ketua umum Partai NasDem adalah salah satu faktanya. Koneksi ini terlihat jelas dalam pemberitaan yang condong mendukung kebijakan NasDem dan koalisi pemerintah, termasuk bagaimana mereka mempromosikan tokoh-tokoh dari partainya, tanpa membuka ruang yang sama luasnya bagi calon kandidat lain. Saat Surya paloh membangun opini atau persepsi politik untuk kelompoknya, kandidat lain tidak mendapatkan ruang yang sama lebarnya. Pada hal Media seharusnya membuka ruang dan kesepatan yang sama bagi publik untuk bersuara yang sama.
Kedua, Manipulasi Headline (Judul Clickbait)
Judul berita sering kali dibuat sensasional atau provokatif agar menarik perhatian publik, meskipun isi beritanya tidak sesuai dengan judul tersebut. Judul yang bias dapat menciptakan persepsi yang salah di kalangan pembaca, apalagi yang hanya membaca judul tanpa mendalami isi artikelnya. Hal ini tentu saja bisa dimanfaatkan untuk menyebarkan narasi tertentu.
Banyak fakta telanjang yang memotret situasi ini, Beberapa portal berita online sering kali memuat judul clickbait yang bersifat politis, seperti pada saat Pemilu 2019 ketika berita-berita yang berjudul sensasional tentang kebijakan ekonomi Prabowo atau Jokowi menarik perhatian, tetapi setelah dibaca, isinya tidak sesuai dengan judulnya.
Ketiga, Monopoli Pemberitaan (News Monopoly)
Pemilik media besar dapat menggunakan kekuasaan ekonomi mereka untuk mendominasi lanskap media sehingga narasi yang disajikan cenderung seragam. Dengan membeli atau mengendalikan banyak media, satu kelompok kepentingan bisa menyampaikan pesan politik mereka secara masif dan terkoordinasi, sementara pandangan berbeda sulit untuk muncul di ruang publik. Faktanya…..(baca selanjutnya klik page 1234)