Coel (memakai topi putih celana pendek, dengan parang di pinggang) Warga Desa Leppangan, bersama salah satu aparat Desa Leppangan mengeluhkan kualitas proyek yang masuk di desanya dan mengeluhkan para kontraktor tidak memberdayakan warga setempat.
Majene, MANDARNEWS.COM – Banyaknya proyek masuk desa mulai dari pembangunan infrastruktur jalan, jembatan hingga pembangunan tanggul dan sebagainya, dari gelontoran dana APBN maupun APBD. Tapi tidak memberdayakan warga desa sebagai pekerja.
Yang terlihat para pekerja proyek infrasturktur jalan dan jembatan tersebut, baik itu tukang maupun buruh, kebanyakan pekerja dari luar desa, luar kabupaten, bahkan dari luar daerah provinsi Sulawesi Barat.
Para pekerja dibawa langsung para pemborong kerja maupun kontraktor infrastruktur jalan dan jembatan. Padahal di tempat lokasi proyek selalu ada tukang dan para buruh yang juga membutuhkan pekerjaan tersebut.
Padahal jika proyek infrastruktur jalan dan jembatan tersebut memberdayakan warga setempat, tentunya hasil pekerjaan akan maksimal. Karena disamping akan bekerja sesuai bestek mereka juga sekaligus menjadi pengawas, sehingga kualitas pekerjaan akan lebih bagus.
Seperti halnya yang dikeluhkan Coel warga Desa Leppangan. Di desanya enam atau tujuh tahun lalu ada pekerjaan rabat beton/jalan dan jembatan. Tapi pekerjaan tersebut baru selesai sekira setahunan sudah mulai rusak diduga akibat buruknya konstruksi pekerjaan.
Pekerjaan jalan dan jembatan ini, sudah dikerjakan beberapa tahun lalu, dengan para pekerjanya didatangkan langsung dari luar daerah, bahkan dari luar provinsi, orang makassar, padahal warga di desa ini sangat banyak yang bisa di berdayakan,” keluh Coel.
Menurutnya, seharusnya rabat beton yang ada di sekitar jembatan belum mengalami kerusakan. Tapi karena diduga buruknya kualitas pekerjaan sehingga rabat sudah mulai pecah-pecah dan bagian bawah jembatan sudah mulai pecah pula.(haslan)