
Akademisi dan pengamat politik Unasman Aco Dahrul di ruang kerjanya. (Foto: Istimewa)
Mamuju, mandarnews.com – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Mamuju kini memasuki tahap akhir kampanye, kandidat pun terus mengatur stategi untuk memikat masyarakat dalam menentukan pilihannya pada 9 Desember mendatang.
Terbaru, pasangan calon (paslon) petahana Habsi-Irwan merilis survei dari Jaringan Suara Indonesia (JSI) yang menempatkannya mengungguli paslon penantang bernomor urut 1 Tina-Ado dengan persentase 65,9 persen berbanding 34,1 persen.
Namun, belakangan sejumlah analis dan pakar meragukan kemurnian hasil survei dari JSI, bahkan akademisi dari Universitas Al Asyariah Mandar (Unasman) Aco Dahrul ikut angkat bicara. Lulusan Magister Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Makassar itu menyebut bahwa hasil survei dari JSI itu merupakan hal biasa dalam dunia politik dan merupakan pesanan kandidat tertentu untuk memperkuat posisinya.
“Itu kan survei itu pesanan, harus dimaklumi. Persoalannya adalah bagaimana dia (JSI) menggeneralkan surveinya yang kira-kira logis dan masuk akal,” ucap Aco Dahrul via telepon, Sabtu (14/11).
Selain itu, menurut Aco Dahrul, kemungkinan JSI hanya melihat petahana dari segi popularitas yang dimiliki di Pilkada Mamuju karena secara teori, petahana memiliki tiga keunggulan utama.
“Yang pertama itu adalah birokrasi, yang kedua dia mempunyai kapital dalam artian konco-konconya secara ekonomi kan, yang ketiga adalah dia mempunyai kewenangan didalam melakukan politik anggaran, dalam mencari simpati masyarakat. Mungkin saja dia melihat disitu dari segi popularitas,” ujar Aco Dahrul.
Alumni Doktor Unhas Makassar itu juga mengungkapkan bahwa sebagai lembaga survei, JSI harusnya mencantumkan tingkat popularitas dan elektabilitas paslon.
“Artinya, tingkat keterpilihan dengan indikator-indikator pengukuranya apa. Itu harus jelas. Lantas hasil itu harus dipertanggungjawabkan kepada publik, seperti ini, dengan menggunakan metode ini, maka tingkat marginnya seperti ini,” kata Aco Dahrul.
Lebih lanjut ia menuturkan, jika secara detail JSI menjelaskan tentang metode yang digunakan sehingga mampu meraih hasil survei sebagaimana yang telah dipaparkan, maka hal tersebut dapat sepenuhnya dipercaya.
“Tapi kalau hanya mengatakan sekian persen ini, sekian persen itu, itu kan masih dipertanyakan. Katakanlah misalnya indikator apa yang dia ukur,” ucap Aco Dahrul.
Seharusnya dikatakan, lanjutnya, dari hasil misalnya menyurvei 30.000 orang, dari 30.000 orang ini maka hasil yang diperoleh seperti ini, dengan menggunakan asumsi seperti ini.
Ia juga menyarankan, agar publik tetap kritis menanggapi hasil survei paslon kepala daerah yang dikeluarkan atau dirilis oleh lembaga survei.
“Karena bagaimanapun juga dia harus memuaskan orang yang membuat pesanan karena itu akan memengaruhi opini publik,” tutup Aco Dahrul.(MP/Sugiarto).
Editor: Ilma Amelia