Sekcam Sumarorong saat merespon massa aksi
MAMASA, mandarnews.com – Sejumlah pengungsi di Kecamatan Sumarorong, Kabupaten Mamasa, Provinsi Sulbar spontan menggelar aksi demonstrasi di Jalan Poros Polewali – Mamasa, Kamis (8/11).
Dari pantauan media di lapangan akibat banyaknya warga turun ke jalan menyuarakan pendapat dan jalan nyaris tertutup membuat seorang pengendara dan massa aksi cekcok dan nyaris ricuh.
Peserta domontrasi, Apryanto dalam orasinya menjelaskan pihaknya melakukan aksi demonstrasi bersama warga pengungsi lainnya lantaran Pemda Mamasa kurang tanggap menyikapi kondisi pengungsi di Sumarorong.
Ia mengatakan, jangan sampai ada korban jiwa baru dikatakan bencana sedangkan banyak yang berbondong-bondong ke Sumarorong karena panik dan takut sementara sembako, tenda dan sejumlah kebutuhan lainnya sangat terbatas.
Anto menekankan, pihaknya sangat kecewa dengan informasi dari Pemda dan BMKG yang menyampaikan ke masyarakat pengungsi bahwa suasana mulai aman sehingga sudah dapat kembali, sementara selang beberapa jam dari himbauan tersebut kembali terjadi gempa.
Warga Balla, Weni Yance Wurara juga berpendapat, pihaknya sangat kecewa lantaran belum ada penanganan jelas dari Pemda sekaitan dengan nasib pengungsi di Sumarorong.
“Jangan sampai nanti ada yang meninggal dunia baru dikatakan gawat,” tegasnya.
Ia berharap, informasi seperti kemarin dari Pemda dengan menyatakan suasana mulai aman, jangan lagi dilakukan karena membingungkan warga.
Sedangkan warga Taupe, Kecamatan Mamasa, Lillin mengatakan, pihaknya sangat berterimakasih kepada warga Sumarorong sebab sangat membantu sejumlah kebutuhan para pengungsi.
“Saya doakan warga Sumarorong diberikan berkat dan perlindungan karena sangat peduli, na kamaseikan (Mamasa-red),” ungkapnya.
Merespon aksi tersebut Sekretaris Camat Sumarorong, Paulus Z Ratu usai melakukan konfirmasi ke jajaran Pemda Mamasa menyampaikan, hasil konfirmasi ke jajaran Pemda pihaknya siap merespon tuntutan warga pengungsi di Sumarorong dan segera menyalurkan logistik dan sejumlah kebutuhan lainnya demi meringankan beban masyarakat.
Ia mengatakan, jika warga gelisah maka Camat dan Pemda Mamasa tentu juga akan gelisah.
“Sehingga berikan kami waktu untuk menyalurkan sejumlah kebutuhan warga,” ujarnya.
Sedangkan Kapolsek Sumarorong, AKP. Darius Limbu saat dikonfirmasi di lokasi pengungsian menerangkan, sejak 7 Nopember sebelum bupati dan rombongan tiba di Sumarorong untuk menghimbau warga kembali ke kota Mamasa. Pengungsi berjumlah 5300 lebih terdiri dari warga Kecamatan Tawalian, Sesena Padang, Balla, Mamasa dan Tandukkalua.
Lanjutnya, jumlah tersebut sempat berkurang setelah himbauan Pemda untuk kembali karena adanya informasi bahwa suasana mulai aman namun ketika gempa kembali terjadi sekitar 17.30 Wita kemarin maka kembali bertambah hingga pagi tadi mulai mencapai 5484 orang.
Beberapa titik pengungsian : di Lapangan Sepak Bola Kusuma Sumarorong, SDN 006 Tabone-Pana’, Bandara Sumarorong, TK CGK, TPS, Kantor Camat, Desa Tadisi dan Kelurahan Tabone, Batangnguru, Salubalo, Rantekamase, Kelurahan Sumarorong dan di sejumlah rumah-rumah penduduk.
Katanya, pengungsi mulai masuk ke Sumarorong sejak 5 Nopember hingga sekarang. Ia menjelaskan kendala hingga sekarang yakni keterbatasan logistik, tenda, tikar, penerangan dan penampungan air.
Salah satu anggota Tim Kerja Tripika (Tiga Pimpinan Kecamatan) Sumarorong, Marice menjelaskan, bentuk donasi yang masuk berupa mie instan, telur, ikan kering, beras, minyak dan beberapa bentuk sembako lainnya yang bersumber dari pemerintah setempat di Sumarorong dan warga setempat.
“Hingga sekarang belum ada donasi dari Pemda Mamasa,”ujarnya.
Sedangkan Anggota DPRD Provinsi Sulbar, Zadrak Toruan menerangkan, phaknya telah berkoordinasi ke Pemda Mamasa untuk menerbitkan surat tanggap darurat dan telah dikeluarkan. Selain itu, sambung Zadrak, dirinya juga telah berkoordinasi ke Dinas Sosial Provinsi Sulbar untuk melakukan tindaklanjut namun masih menunggu surat tanggap darurat dari Pemda Mamasa sebab disana ada 100 Ton beras siap untuk didistribusikan.
Reporter : Hapri Nelpan