
Pamerkan perangkap tikus tradisional
Mamasa, mandarnews.com – Warga Nosu ternyata masih mengandalkan alat tradisional pemberantasan hama tikus yang turut ditampilkan di Pameran Pembangunan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-17 Mamasa.
Masyarakat Nosu menggunakan dua alat tradisional untuk pemberantasan hama atau menangkap tikus yang disebut salopi dan teo.
Salah seorang warga Nosu bernama Agustinus Panggalo menerangkan, alat tersebut mulai digunakan dari nenek moyang hingga sekarang.
“Alat ini tidak mengeluarkan biaya karena terbuat dari bambu dan sangat praktis digunakan. Bahkan warga Nosu sendiri, baik pemuda maupun orang tua mampu dan ahli membuat kedua alat tersebut,” ujar Agustinus Panggalo, Rabu (6/3/2019).
Salopi dan teo dapat digunakan sepanjang hari karena tidak ada istilah pamali. Namun, pengguna mesti hati-hati karena sentakan alat tersebut sangat keras.
Selain alat tersebut, warga Nosu juga menggunakan upaya lain untuk membasmi tikus, yakni memakai anjing untuk memburu tikus dan cara yang disebut warna Nosu sebagai makkusulo.
Makkusulo adalah menangkap tikus yang dilakukan oleh dua orang yang bertugas untuk menangkap dan memikul. Proses makkusulo dilakukan saat malam hari menggunakan lampu gas sebagai alat penerang.
Salah satu Mahasiswa Universitas Al-Asya’riah Mandar (Unasman) Kampus III Mamasa Jurusan Agroteknologi bernama Daenlangi berpendapat, alat tradisional tersebut mesti dijaga sehingga dapat selalu dipergunakan oleh masyarakat.
“Alat seperti itu harus diwariskan turun temurun sehingga cara pembuatan sampai penggunaan diketahui oleh anak cucu di masa mendatang,” sebut Daenlangi.
Lagipula, alat tersebut tidak terbuat dari bahan kimia, namun terbuat dari bahan alam yang ditemui masyarakat sehari-hari yaitu bambu.
“Banyak jenis dan bentuk pembasmi tikus saat ini, baik kimia maupun perangkap tikus modern.Tetapi, menggunakan bahan kimia sangat berbaya dan juga mengeluarkan biaya. Begitupun perangkap modern saat ini yang diketahui rata-rata berharga mahal,” tukas Daenlangi.
Sebab itu, ia mengajak agar masyarakat tetap menggunakan alat tradisional seperti salopi dan teo dari Nosu.
Laporan : MG-2
Editor : Ilma Amelia